Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 44. Pasukan Berkuda (Cersil STN)

7 Agustus 2024   19:04 Diperbarui: 7 Agustus 2024   20:29 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesaat kemudian bergantian prajurit keluar dari medan pertempuran. Mereka berlari mengambil makanan berupa nasi yang dicampur parutan kelapa yang telah dikepal-kepal, dengan sayur dan lauk telah ada di dalamnya. Tiga kali suapan makanan itu habis, cukup memberi tenaga sampai nanti jelang mentari tenggelam.

Dengan bumbung kecil mereka menampung air dari lubang kecil di bumbung besar. Dengan air itu rasa haus mereka hilang seketika. Segera mereka kembali memasuki medan untuk melanjutkan pertempuran.

"Apakah paman mengenali siapa para penunggang kuda yang berbaris di tepi barat sana ?" Tanya Sekar Arum yang bersama Sembada saat mengambil jatah makan.

"Tidak Arum. Prajurit dari mana mereka ?" Jawab senopati. Iapun baru ambil jatah ransumnya.

Sekar Arum memandangi senopati bertangan kiri buntung itu. Firasatnya senopati tidak berterus terang. Entah apa yang disembunyikan. Namun karena kedatangan pasukan berkuda itu nampaknya  tidak mencemaskan senopati, iapun tak mau lagi bertanya-tanya.

Ia tarik tangan Sembada untuk terjun ke medan pertempuran lagi. Jari-jarinya yang lentik terus memegang lengan Sembada hingga sampai ke medan pertempuran.

"Saatnya kita melibas habis para perusuh itu kakang." Kata Sekar Arum pelan.

"Jangan terlalu kejam memperlakukan lawan Arum. Nanti kau banyak disorot orang." Bisik Sembada.

"Apa peduliku. Mereka juga kejam memperlakukan musuh. Salahkah kita membalasnya ?" Jawab Sekar Arum. Pemuda di sampingnya itu hanya bisa diam.

Senopati hanya memandangi keduanya dengan bibir tersenyum. Ia tak mendengar percakapan kecil mereka berdua.  Matanya hanya melihat mereka bersama berjalan dengan mesra ke medan pertempuran.  Hati lelaki tua itu bertanya-tanya, betapa akrab mereka berdua, adakah hubungan khusus di antara mereka  ?   Namun segera perhatiannya ia pusatkan ke tugasnya memimpin pertempuran. Iapun bergegas melangkah lagi ke medan. 

Pertempuran kembali berkobar. Setelah rasa lapar dan haus di perut dan tenggorokan hilang, pasukan Maja Dhuwur bangkit lagi semangatnya. Dengan tenaga yang kembali utuh mereka melakukan serangan-serangan yang lebih ganas dan keras. Teriakan-teriakan keras dari mulut mereka bergema bersautan, sembari menggerakkan senjata menerjang lawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun