Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 43. Selempang Janur Kuning (Cersil STN)

5 Agustus 2024   13:40 Diperbarui: 5 Agustus 2024   20:26 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

Dengan cepat Sambaya dan Kartika bergantian menyerang berandal sakti dari gunung Kendeng itu. Jika gagal serangannya keduanya segera melompat menjauhi lawannya. Mereka tidak mau tubuhnya terhantam bindi yang digerakkan tangan berkekuatan besar itu.

Menghadapi cara perang kedua pemuda itu Gemak Sangklir mengumpat-umpat. Ia semakin marah kepada dua musuhnya itu. Segera ia memutar bindinya dengan cepat seperti baling-baling. Suaranya menderu keras menusuk telinga.

Sambaya dan Kartika kaget dengan suara itu. Deru suara itu menyakiti gendang telinga mereka. Segera mereka menutup lubang telinga mereka dengan jari-jari. Tangan kanannya yang memegang senjatapun mereka angkat untuk menutup telinga kanan mereka.

Kesempatan itu dipergunakan Gemak Sangklir untuk menyerang.  Ia berteriak dengan keras sambil melompat ke arah Sambaya, Bindinya ia angkat tinggi-tinggi siap dibenturkan kepala pemuda itu.

"Awas Kakang. Bindi itu mengarah kepalamu." Teriak Kartika.

Tak ada kesempatan Sambaya melompat menghindar. Ia hanya menyiapkan pedangnya untuk menangkis gerakan bindi yang mengarah ke kepalanya. Matanya terpejam menanti maut menjemputnya, akibat benturan kepalanya dengan bindi itu tentu akan menewaskannya.

Namun aneh ternyata nyawanya belum melayang. Terdengar suara wanita berteriak, dan dentang senjata beradu. Bindi yang tengah meluncur ke kepala Sambaya tertepis dengan keras oleh pedang seorang gadis, benturan dua senjata itu memercikkan bunga api, dan selamatlah kepala Sambaya.

"Lepaskan musuhmu, biar aku yang meladeninya. Jangan biarkan pasukanmu morat-marit tanpa pimpinan." Suara gadis itu.

Sambaya membuka matanya, ia melihat Sekar Arum bertempur dengan kerasnya melawan Gemak Sangklir. Betapa ia malu melihat kenyataan, bahwa gadis itu sendirian mampu melawan musuhnya yang sakti itu dengan baiknya.

"Jangan diam saja kalian berdua. Segera atur perlawanan para pengawal, jangan biarkan mereka terdesak." Teriak Sekar Arum.

Barulah Sambaya dan Kartika sadar bahwa tugas mereka mengatur pasukannya menghadapi lawan. Segera mereka melayangkan pandangannya ke barisan pengawal yang tengah bertempur pula. Benar saja pasukannya agak terdesak oleh gempuran lawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun