Dengan cepat Sambaya dan Kartika bergantian menyerang berandal sakti dari gunung Kendeng itu. Jika gagal serangannya keduanya segera melompat menjauhi lawannya. Mereka tidak mau tubuhnya terhantam bindi yang digerakkan tangan berkekuatan besar itu.
Menghadapi cara perang kedua pemuda itu Gemak Sangklir mengumpat-umpat. Ia semakin marah kepada dua musuhnya itu. Segera ia memutar bindinya dengan cepat seperti baling-baling. Suaranya menderu keras menusuk telinga.
Sambaya dan Kartika kaget dengan suara itu. Deru suara itu menyakiti gendang telinga mereka. Segera mereka menutup lubang telinga mereka dengan jari-jari. Tangan kanannya yang memegang senjatapun mereka angkat untuk menutup telinga kanan mereka.
Kesempatan itu dipergunakan Gemak Sangklir untuk menyerang. Â Ia berteriak dengan keras sambil melompat ke arah Sambaya, Bindinya ia angkat tinggi-tinggi siap dibenturkan kepala pemuda itu.
"Awas Kakang. Bindi itu mengarah kepalamu." Teriak Kartika.
Tak ada kesempatan Sambaya melompat menghindar. Ia hanya menyiapkan pedangnya untuk menangkis gerakan bindi yang mengarah ke kepalanya. Matanya terpejam menanti maut menjemputnya, akibat benturan kepalanya dengan bindi itu tentu akan menewaskannya.
Namun aneh ternyata nyawanya belum melayang. Terdengar suara wanita berteriak, dan dentang senjata beradu. Bindi yang tengah meluncur ke kepala Sambaya tertepis dengan keras oleh pedang seorang gadis, benturan dua senjata itu memercikkan bunga api, dan selamatlah kepala Sambaya.
"Lepaskan musuhmu, biar aku yang meladeninya. Jangan biarkan pasukanmu morat-marit tanpa pimpinan." Suara gadis itu.
Sambaya membuka matanya, ia melihat Sekar Arum bertempur dengan kerasnya melawan Gemak Sangklir. Betapa ia malu melihat kenyataan, bahwa gadis itu sendirian mampu melawan musuhnya yang sakti itu dengan baiknya.
"Jangan diam saja kalian berdua. Segera atur perlawanan para pengawal, jangan biarkan mereka terdesak." Teriak Sekar Arum.
Barulah Sambaya dan Kartika sadar bahwa tugas mereka mengatur pasukannya menghadapi lawan. Segera mereka melayangkan pandangannya ke barisan pengawal yang tengah bertempur pula. Benar saja pasukannya agak terdesak oleh gempuran lawan.