"Kita pakai janur kuning sebagai tanda. Daun kelapa yang masih muda itu kita bikin selempang. Warnanya yang cerah, mudah dilihat dan dikenal. Dengan demikian gampang kita kenali mana kawan kita." Kata Ki Ardi.
"Tidakkah itu terlalu mencolok ?" Kata senopati.
"Justru harus mencolok, agar lebih cepat dikenal." Lanjut Ki Ardi.
"Baiklah. Jika semua setuju dipakainya tanda itu, saat terjun di medan semua harus memakai janur kuning sebagai selempang." Kata senopati memutuskan.
Demikianlah dua pasukan yang tengah berhadapan menyusun rancana sendiri-sendiri. Mereka yakin rencana itulah yang terbaik, yang diharapkan dapat berhasil mengalahkan musuh. Namun senopati prajurit Bala Putra Raja itu masih menyimpan rencana tersembunyi. Tak ada yang tahu apa rencananya itu. Termasuk para prajuritnya sendiri.
Lima hari terhitung sejak benturan pertama, pasukan gerombolan golongan hitam baru  siap melakukan penyerbuan lagi. Sebagaimana diperkirakan oleh para prajurit sandi, mereka memilih siang hari untuk melakukannya.Â
Hampir semua anggota pasukan membawa tameng, terbuat dari kayu atau bambu. Tangan kanan membawa lembing terbuat dari bambu wuluh yang diruncingkan ujungnya. Tak banyak yang bisa mereka bawa, satu atau dua lembing telah cukup merepotkan bagi mereka.
Mereka melangkah dalam barisan dengan penuh keyakinan akan dapat membalas kematian kawan-kawan mereka. Teriakan-teriakan penuh semangat mengiringi perjalanan mereka.
Ketika telah sampai di tanah sawah yang menjadi medan pertempuran beberapa hari lalu, mereka lihat barisan lawan yang teratur rapi. Ratusan pengawal berdiri rapat berjajar-jajar, seolah seperti benteng baja yang kokoh dan sulit ditembus lawan.Â
Tangan kiri membawa tameng berlapis besi, tangan kanan membawa pedang yang telah siap mereka gerakkan. Semuanya berselempang daun kelapa muda yang masih kuning warnanya. Ternyata kademangan Maja Dhuwur mampu menghimpun pasukan yang besar dan siap menyambut lawan.
Setelah berhenti sebentar mengamati kekuatan lawan, Singa Lodhaya segera mengangkat tangannya sembari berteriak keras seperti aum singa di hutan belantara.