Macan Belang Betina marah, ia meloncat menerkam Sekar Sari dengan membuka jari-jarinya yang tajam. Gadis cantik calon menantu ki demang itu tetap waspada terhadap bahaya cakar lawan, ia menghindar kesamping dengan lompatan panjang.
Demikianlah keduanya segera terlibat dalam pertempuran yang sengit. Saling menghindar dan menyerang silih berganti, dengan cepat keras dan sengit.
Di tempat lain Handaka juga tengah bertempur dengan Macan Belang Jantan. Lelaki musuhnya itu kini lebih ganas dan membahayakan. Namun Handaka juga telah digembleng ayahnya, sama sekali ia tak gentar menghadapi menantu Singa Lodaya itu.
Di sekitar Handaka dan Sekar Sari pasukan gadis Maja Dhuwur dan para mentrik murid Nyai Rukmini itu juga tengah bertempur dengan musuh-musuhnya. Lawan-lawannya yang semula meremehkan mereka karena yang mereka hadapi kebanyakan hanya wanita, kini mereka harus berjuang keras dan memeras keringat melawan gadis-gadis yang ganas itu.
"Ayo pulang saja ke rumahmu, menunggu aku menjemputmu untuk kujadikan istriku. Buang senjatamu, jangan lagi melawan. Percuma kalian hanya wanita-wanita lemah."
Namun ucapan lawan yang mereka dengar itu mereka sambut dengan serangan-serangan yang lebih ganas dan keras. Â Para lelaki brandal yang pemberani itu terkejut dengan tandang gadis-gadis yang dihadapinya. Mereka kewalahan menangkis dan menghindar dari sabetan senjata gadis-gadis itu.
Di sayap kanan Kartika dan Sambaya terpaksa mengeroyok Gemak Sangklir murid Srigunting dari padepokan Gunung Kendeng. Lelaki itu ternyata sangat sakti. Kulitnya tak mempan oleh tajamnya senjata mereka berdua. Terpaksa mereka memilih bagian-bagian tubuhnya yang di anggap lemah. Yakni mata lelaki yang juling itu.
Gemak Sangklir menyadari betapa bahayanya serangan kedua lawannya. Ia selalu menghindar dan menangkis serangan yang mengarah ke matanya. Tapi membiarkan serangan yang mengenai tubuhnya. Kenyataan ini meyakinkan Sambaya dan Kartika untuk terus mengarahkan serangan ke mata yang juling itu.
"Licik kalian hanya berani mengeroyokku." Kata Gemak Sangklir.
"Ini perang terbuka. Bukan perang tanding. Jadi boleh-boleh saja kami mengeroyokmu." Jawab Sambaya.
"Setan alas. Sebentar lagi kalian akan kehilangan kepala karena pecah terbentur bindiku." Ancam Gemak Sangklir.