Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 43. Selempang Janur Kuning

5 Agustus 2024   13:40 Diperbarui: 14 Agustus 2024   21:04 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kebiasaan mereka bertempur tanpa gelar. Mereka datang berbondong-bondong tanpa aturan tertentu. Oleh karena itu, kita siapkan gelar yang lebar. Jika mereka menyerang induk pasukan kita, sayap-sayap gelar kita bisa menusuk lambung kanan dan kiri barisan lawan." Usul Jalak Seta.

"Kita pilih gelar Garuda Nglayang ? Akupun setuju. Andai kita pasang gelar Jurang Grawah juga tak apa-apa.  Kita pancing mereka masuk lubang jurang, lantas kita timbun dengan dinding-dinding pasukan dari kanan kiri." Kata Senopati.

"Kita pilih Garuda Nglayang saja, agar gerak sayap lebih leluasa. Karena ada senopatinya sendiri yang memimpin masing-masing sayap." Kata Sambaya.

"Baiklah kita pilih gelar itu. Senopati induk pasukan aku yang pegang, jadi paruh garuda. Di dampingi senopati pengapit dua orang, ki demang Sentika dan Jalak Seta. Senopati sayap kanan Sambaya, dibantu Kartika. Membawa sebagian besar barisan pengawal. Sedangkan sayap kiri senopatinya Handaka di bantu Sekar Sari. Membawa pasukan gadis Maja Dhuwur, mentrik-mentrik gunung Arjuna, cantrik Cemara Sewu dan cantrik-cantrik gunung Halimun." Kata Senopati.

"Bagaimana dengan barisan remaja ?" Tanya Guritno pemimpin pengawal Sumber Bendo.

"Kita jadikan barisan cadangan."

"Kenapa Sekar Arum dan Sembada tidak kita pasang dalam gelar saja ?" Tanya Kartika.

"Mereka bersama pinisepuh yang hadir, Nyai Rukmini, Ki Ardi dan Mang Ogel kita biarkan bebas. Tugas mereka menghentikan gerakan gembong-gembong gerombolan itu. Jangan sampai mereka jadi algojo prajurit-prajurit kita." Kata Senopati.

Semua mengangguk-angguk mengerti maksud senopati. Bagi para pengawal yang tahu peran Sembada dalam perang setahun yang lalu di padang rumput barat dusun Wana Asri, cepat memahami. Saat itu Sembada tak terikat dalam pasukan, ia bebas bergerak menjelajahi medan. Oleh karena itu banyak pengawal yang terselamatkan oleh keroyokan pasukan musuh. Dengan cambuknya Sembada menghisap perlawanan mereka.

"Belum seluruhnya kita mengenal satu sama lain di antara pasukan kita. Harus ada tanda agar nanti dalam kecamuk perang kita tidak salah pilih lawan. Kata-kata sandi atau tanda-tanda lain yang mudah dikenali perlu kita putuskan juga." Kata Mang Ogel.

Semua yang mendengar usulannya mengangguk-angguk. Bisa di mengerti hal itu perkara kecil yang sangat penting artinya. Dengan sandi tertentu atau tanda yang disematkan dalam tubuh, langsung bisa dikenal mana kawan dan mana lawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun