Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 42: Gagak Ijo Tewas (Cersil STN)

30 Juli 2024   19:08 Diperbarui: 30 Juli 2024   20:35 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dokpri

"Setan alas. Anak demit. Ternyata ilmumu telah berkembang pesat. Jauh dari kemampuanmu  saat kita bertemu di hutan Waringgin Soban." Kata Gagak Ijo dengan geram.

Di luar lingkaran pertempuran Sekar Sari dan Gagak Ijo, pertempuran di dusun Sumber Bendo itu ternyata berlangsung dengan dahsyatnya. Di jalan-jalan, di pekarangan penduduk, di halaman rumah-rumah yang terbakar, telah terjadi perkelahian yang seru dan sengit.

Handaka dikeroyok oleh tiga orang anak buah Kelabang Ireng. Para pengawal yang dibawapun telah berhadapan dengan musuh-musuhnya. Bahkan ki demang Sentika telah terlibat pertempuran pula, melawan musuh yang pernah mengeroyoknya bersama Gagak Ijo, bahkan sempat melukai dadanya pula. Dialah Kelabang Ireng pendekar hitam dari pesisir selatan.

Meski Kelabang Ireng telah mewarisi ilmu puncak gurunya, Aji Kelabang Kures, yang mampu menyemburkan air liur yang panas, dan dapat membuat kulit melepuh, namun kini ki demang tidak merasa kesulitan apapun. Nadi dan syarafnya juga telah tertata berkat bantuan Sembada, maka tenaga dalam ki demang dapat disalurkan sampai tuntas.

Pertempuran di antara keduanya berlangsung dengan dahsyat. Saling serang dan mendesak dengan dahsyatnya. Keduanya sedikit demi sedikit telah meningkatkan ilmu kanuragan mereka.

Ki demang takjub dengan ilmu lawannya, badannya dapat meliuk-liuk lemas, dan melingkar-lingkar seperti lipan atau kelabang. Dan tanpa diduga melemparkan pisau-pisau kecil dengan tangan kirinya dengan cepat, jika pedang besarnya tidak mengenai sasaran saat dia menyerang.

"Sekali kena pisauku kau pasti mampus ki demang. Ujungnya telah aku oles bisa ular yang paling tajam. Bisa ular Gundhala." Katanya.

Namun ki demang cukup hati-hati. Pedangnya dapat menghalau pisau-pisau yang meluncur mengancam nyawanya. Setiap pisau itu terbang dari tangan kiri lawannya dengan sigap ki demang menepisnya dengan pukulan pedang.

Demikianlah pertempuran dua orang pemimpin dari kesatuan pasukan yang berbeda itu berlangsung dengan serunya. Keduanya sama-sama lincah gesit dan kuat. Tak seorangpun anak buah mereka berani mendekat dengan dua orang yang mengadu nyawa itu.

Di lain tempat, gadis-gadis yang dibawa Sekar Sari tidak juga mengecewakan. Ilmu kanuragan mereka mampu mengimbangi ilmu lawan-lawan mereka, meski lawan-lawannya itu bertempur dengan kasar dan berteriak-teriak mengeluarkan kata-kata kotor. Justru karena tersulut oleh kebencian atas kata-kata itu, para gadispun berjuang kian keras untuk segera menghalau lawan-lawannya.

Pedang-pedang mereka bergerak kian kuat dan cepat, menangkis dan menyerang dengan dahsyat. Ketika lawan-lawan mereka kehilangan kewaspadaan, tanpa ragu-ragu mereka menikam dan menyabet bagian tubuh lawannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun