Apakah ia menganggap masih seperti dulu, saat mereka sama-sama masih kecil ? Menganggap dirinya hanya sebagai sahabat saja ? Â Atau merasakan hal yang sama dengan yang ia rasakan sekarang ini ? Ah entahlah.
Sampai sekarang ia masih menganggap Sekar Sari dan Sekar Arum adalah junjungannya. Dia harus menempatkan diri sebagai abdi saat bersikap dan berbicara dengannya. Itulah yang ditanamkan kepadanya berkali-kali oleh orang tuanya.
Dulu ia tidak berani hanya memanggil namanya saja. Jika ketahuan kedua orang tuanya ia pasti mendapatkan amarah. Dianggapnya tidak punya adab, atau sopan santun terhadap junjungan.
Namun kedua gadis itu yang selalu meminta agar ia tidak memanggilnya dengan embel-embel sebutan tuan puteri. Cukup panggil Sari atau Arum saja.
Ketika ia mengutarakan bahwa dirinya takut kepada kedua orang tuanya, menyebut keduanya hanya namanya saja. Mereka justru meminta kepada ayah dan ibunya agar tidak memarahinya. Karena itu kehendak mereka berdua. Tapi kedua orang tuanya tetap teguh, adab tak boleh dilanggar.
Akhirnya mereka sepakat ambil jalan tengah. Ia boleh memanggil keduanya dengan embel-embel tuan puteri jika sedang berdekatan dengan orang tuanya. Di tempat lain cukup Arum atau Sari saja.
Tiba-tiba lamunan Sembada berhenti karena suara panah sendaren yang meraung keras. Dua panah itu mengagetkan pula kuda-kuda yang ditungganginya. Kedua kuda itu mendadak berhenti dan mengangkat kedua kakinya, sambil meringkik keras. Dua panah sendaren melayang dan jatuh menancap di atas  tanah di depan mereka.
"Jika kalian melarikan terus kuda-kuda itu, beberapa panah tajam akan melubangi tubuh kalian."
Sebuah ancaman meluncur dari mulut salah satu orang yang menghadang mereka. Terpaksa keduanya mengekang kudanya agar berhenti. Merekapun ingin tahu siapa yang  menghadang jalan mereka di tengah hutan itu.
Beberapa orang bersenjata tajam keluar dari gerumbul-gerumbul perdu di pinggir hutan. Mereka segera mengepung keduanya agar tidak terus memacu kuda untuk melanjutkan perjalanan. Tangan mereka mengacung-acungkan senjata tajam dengan sikap beringas.
Saat itu bintang bertaburan di langit menyaksikan mereka yang tengah berhadapan di jalan tengah hutan itu.