Itulah salah satu kelebihan Sembada di banding Mang Ogel, ia membawa cambuk yang panjang. Sehingga memberi kemudahan baginya untuk menjangkau tubuh Singa Lodhaya dengan lecutan-lecutan cambuk  berulang kali.
Demikianlah Sembada terus menghujani lecutan-lecutan dengan tenaga dalamnya saja. Sambil menghindari setiap serangan Singa Lodhaya. Meskipun demikian ia sangat heran terhadap daya tahan kulit hewan  yang dikenakan pendekar itu. Jika batu dan kayu saja sudah hancur dengan lecutannya, kenapa kulit itu robekpun tidak. Pasti semua karena daya sakti aji Macan Liwung Singa Lodhaya.
Hantu Lodhaya itu merangsek kemanapun Sembada bergerak. Aumannya semakin sering dan keras. Nampaknya iapun telah dihinggapi rasa marah yang besar. Karena sekalipun ia belum mampu menyentuh tubuh lawannya.
Sebagaimana Mang Ogel yang mengandalkan ilmu peringan tubuh yang telah sempurna, Sembada juga menerapkan ilmu yang sama menghadapi serangan-serangan berbahaya Singa Lodhaya. Tubuhnya seolah seringan kapuk, dan selincah belalang. Ia mampu melenting kesana kemari menghindari serangan. Bahkan seolah seperti terbang ia mengitari di manapun posisi singa ganas itu berada.Â
Tak lupa cambuknya berulang kali ia lecutkan menghantam punggung, dada, perut bahkan kadang paha dan kaki. Namun betapa mengherankan, lecutan-lecutan itu betapapun kerasnya seolah sama sekali tidak menyakitkan. Singa itu tetap ganas dan merangsek dengan serangan-serangan berbahaya.
Ketika Singa Lodhaya menerkamnya Sembada melontarkan tubuhnya mundur beberapa depa. Namun malang baginya ia mendarat di tanah yang licin. Ketika bergerak kakinya terpeleset, tubuhnya jatuh terjengkang. Kesempatan itu dimamfaatkan Singa Lodhaya, ia melompat dengan kecepatan tinggi menerkam Sembada.
"Kakaaaaang awas !!!" Sekar Arum berteriak mengingatkan. Mang Ogel menahan nafas. Sementara Ki Ardi dan Nyai Rukmini mendadak keluar dari persembunyian.
Namun semua bernafas lega saat melihat Sembada mampu mengatasi kesulitan. Pemuda itu tetap bertahan pada posisinya, ia tidur telentang. Namun ketika tahu Singa Lodhaya menerkamnya dengan cepat ia tekuk kedua kakinya. Saat Singa itu melayangkan tubuhnya hendak menindih dan merobek-robek dirinya, Sembada menendangkan kedua kakinya ke arah perut lawan. Dengan meminjam tenaga musuh  dan mempertimbangkan arah penjuru serangan Sembada melontarkan tubuh singa itu melayang di atas tubuhnya.Â
Tubuh Singa Lodhaya terlempar jauh. Â Namun dengan luwesnya ia berjumpalitan memutar tubuhnya. Hingga ia mampu mendaratkan kedua kakinya dengan mudah.Â
Sejenak lelaki itu berdiri diam. Kedua tangannya bertolak pinggang. Terdengar suara geraman yang panjang dari mulutnya.Â
Sementara Sembada  telah melentingkan badannya untuk menghindar dari tempat licin itu. Untuk bersiap kembali menghadapi lawan yang sangat berbahaya.