Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 34, Perang Tanding (Cersil STN)

2 Juli 2024   13:18 Diperbarui: 2 Juli 2024   14:27 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

Dengan spontan Sembada menjawab tawaran Mang Ogel.

"Ya tuan. Aku ingin mencobanya. Itu kalau tuan berkenan aku menggantikan tuan."

"Hati-hatilah dengan singa galak itu. Aji Macan Liwungnya sangat menggetarkan. Aji Sigar Bumiku tak mempan menghancurkan tubuhnya. Hadapi langsung dengan aji yang telah kau miliki. Terapkan pada puncak tertinggi sejak awal." Pesan Mang Ogel.

Sembada maklum dengan sikap pendekar Pasundan itu. Dua kali ia telah ditolong Mang Ogel. Tentu ia menganggap dirinya masih belum saatnya beradu ilmu dengan tokoh-tokoh tua sekelas Bonge Kalungkung dan Singa Lodhaya. Sehingga pendekar cebol itu mengkawatirkan keselamatannya.

"Kakang Lodhaya. Murid temanku ingin mencoba menghadapimu. Perkenankan aku mundur dari gelanggang." Kata Mang Ogel seraya melangkah menghampiri Sembada.

Sembada segera mengulurkan payung keramat Tunggul Naga kepada pendekar cebol itu. Kemudian ia melangkah untuk menghadapi pendekar sakti berpakaian singa itu. Tak lupa ia mengurai cambuk nagageni yang melingkar di pinggangnya.

Melihat cambuk itu Singa Lodhaya menggeram.

"Cambuk Nagageni. Berarti kau yang menghadang Macan Belang muridku dan kawan-kawannya saat menyerang kademangan Majadhuwur. Pantas, Bajang Pasundan bersembunyi di balik cambukmu yang menakutkan anak-anakku."

"Aku sekedar membantu para pengawal kebanjiran lawan saat perang di kademangan Majadhuwur."

"Jangan kau besar kepala mampu mengusir mereka. Berhadapan dengan Kidang Gumelar, gurumu, aku perlu berpikir dua kali. Namun kau pemuda bau kencur hendak menjadi perisai bajang cebol yang keparat itu, apakah nyawamu rangkap sepuluh ?"

Sembada diam saja tidak menanggapi ucapan Singa Lodhaya yang meremehkan dirinya. Bahkan ia mencoba mengelabuhi pendekar sakti itu dengan sebuah lecutan cambuk yang ia gerakkan dengan seluruh tenaga wantahnya. Terdengar ledakan yang dahsyat memecah udara malam yang diguyur hujan deras itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun