"Peringan tubuhmu mendekati sempurna. Benar-benar kau bayangan kakang Kidang Gumelar. Nah sekarang aku ingin menyaksikan Aji Tapak Naga Angkasa yang kau peroleh saat meraga sukma"
"Baik guru."
Sembada lantas mengambil cambuknya. Dengan memainkan cambuknya sambil melompat-lompat berjumpalitan di atas satu batu ke batu yang lain, memainkan semua jurus ilmu padepokan cemara sewu dan jurus jurus yang ia peroleh di goa.Â
Gurunya melongo menyaksikan, betapa lengkap dan cepatnya jurus jurus Sembada.
Setelah beberapa lama ia memperagakan gerak gabungan jurus cemara Sewu dan jurus Goa Kitab Ilmu, Sembada segera bersikap untuk membangkitkan tenaga sakti Aji Tapak Naga Angksa.
Sebentar saja sebuah getaran mengalir dari pusat jantungnya merambat ke tangannya. Ketika cambuk digerakkan melesatlah cahaya biru keputihan menghantam batu hitam sebesar kepala gajah di lereng sungai. Terdengar suara ledakan dahsyat, disusul debu berhamburan ke atas. Setelah debu itu hilang jatuh ke tanah, batu hitam sebesar kepala gajah di lereng sungai juga lenyap. Tinggal sebuah lubang menganga di sana.
"Dahsyat.!!! Dengan aji itu kau akan mampu menghadapi aji Macan Liwung milik Singa Lodhaya, Sembada."
"Pangestu guru semoga aku mampu menghadapinya."
"Aku yakin kau sudah siap. Mudah-mudahan tidak hadir tokoh hitam lain ke sana. Teman Singa Lodhaya cukup banyak, memiliki ilmu yang sejajar, yang dulu ikut dalam perang besar menghancurkan Medang."
"Doakan guru saya mampu menghadapi mereka."
"Jika mereka bersama tentu berat bagimu. Dibutuhkan beberapa teman dari kita. Semoga Nyai Rukmini dan Sekar Arum serta uwakmu Ki Kidang Gumelar juga di sana. Sewaktu waktu bisa kita undang lewat aji pameling."