Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 18: Perang di Padang Ilalang (Cersil STN)

29 Maret 2024   08:05 Diperbarui: 2 Juni 2024   22:45 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demang Sentika segera mempersiapkan diri melawan dua gembong golongan hitam itu.

"Hyaaat"  sambil berteriak Gagakijo membuka serangan. Ia meloncat dan mengarahkan tendangan kakinya ke dada demang Sentika.

Demang itu menggeser kakinya kekanan sambil merunduk, kemudian meloncat membalas dengan tendangan sabit menghantam lambung Gagakijo.  Gagakijo sama sekali tidak menyangka bahwa demang yang sudah cukup tua itu masih lincah dan cekatan geraknya.

Untuk menghindari sabitan kaki itu Gagakijo justru meloncat tinggi ke depan kemudian menjatuhkan diri dengan punggungnya, lantas bergulung dan melompat bangkit.

Saat demang Sentika mengawasi Gagakijo melepaskan diri dari serangannya, Landak Abang dari samping melandanya dengan pukulan tangan.  Namun dengan gerak sederhana demang yang telah kenyang makan garam itu dapat menghindarinya.  Bahkan telapak tangannya sempat menghantam pundak Landak Abang.

"Syetan, demit thethekan kau demang Sentika." umpat Landak Abang marah.

Demang Sentika tersenyum. Ia senang lawannya terbakar amarah. Dengan demikian kewaspadaan mereka akan berkurang.

Sejenak kemudian pertempuran demang Sentika yang dikerubut Gagakijo dan Landakabang itu bertambah sengit. Lingkaran pertempuran itu kian lama kian meluas.  Para pengawal dan anak buah dua pemimpin gerombolan itu tak berani mendekati arena pertempuran mereka.

Sementara itu Handaka dan Sekarsari sedang bertempur dengan Macan Belang suami isteri.  Awalnya muda-mudi dari Majaduwur itu agak terdesak. Mereka belum menyadari bahwa jari jari tangan lawannya yang bersalut besi runcing itu sangat membahayakan mereka. Pada hakekatnya dua macan itu telah bersenjata sejak awal tertempur.

"Sari ambil pedangmu !!! Mereka melengkapi jari-jarinya dengan salutan logam runcing yang berbahaya." Teriak Handaka mengingatkan calon isterinya.  Ia sendiri segera mencabut pedang untuk melawan macan ganas itu.

Sekarsari segera mencabut pedangnya.  Mereka berdua kini dapat melakukan perlawanan dengan lebih mantap. Tidak terus mundur dan menghindar dari cakaran jari jari bersalut logam tajam dari sepasang macan ganas itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun