Penghubung itu terus memacu kudanya. Â Sebentar kemudian ia telah sampai di depan regol balai kademangan. Â Ia membelokkan kudanya memasuki regol itu dan melarikannya terus membelah alun alun halaman kademangan. Nampak bayangan hitam berdiri berderet berjajar di balai kademangan, membelakangi beberapa obor yang menyala terang.
Orang orang yang berdiri berjajar itu adalah para pimpinan pasukan pengawal kademangan Majaduwur. Â Setelah mereka mendengar derap kaki seekor kuda segera mereka keluar dari pendapa dan berdiri berjajar di depan pendapa itu untuk menjemput berita apa yang telah berkembang.
Penghubung itu segera menarik tali kekang kudanya. Â Kuda itu mendadak berdiri mengangkat kedua kaki depannya. Â Setelah kaki itu kembali ketanah penghubung itu meloncat turun. Seorang pengawal bergegas meminta tali kuda itu, dan menyilahkan penghubung itu segera melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya. Â Lelaki itu bergegas menghadap pimpinan pengawal.
"Panggah, berita apa yang kau bawa. Segera katakan "
"Baik ki demang. Â Pasukan lawan telah keluar dari regol desa Sambirame. Saya kebetulan melihat langsung bersama telik sandi beberapa langkah dari regol itu"
"Seberapa besar kekuatan mereka."
"Jauh lebih besar dari pasukan yang dulu pernah menyerang kita, kira kira lima kali lebih besar. Ki Demang" jawab penghubung itu.
"Gila. Gagakijo memang gila. Â Rupanya ia memang ingin merebut kademangan kita." Desah ki demang.
"Ketika kau kemari, sudahkah pasukan itu dipecah ? Sayap sayapnya sudah berpisah dengan induk pasukan ?." Tanya Sambaya pemimpin pengawal dusun Majalegi.
"Belum Sambaya. Â Aku yakin mereka tidak akan memecah pasukan mereka. Pasukan itu bersama-ama akan masuk dusun Wanaasri. Melibas dusun itu dan memakainya sebagai pangkalan. Â Barulah jika Wanaasri dapat direbut mereka akan menghadapi induk pasukan kita dari beberapa penjuru."
"Siapakah pimpinan pengawal yang bertugas di sana?" Tanya ki demang.