Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 10 Bantu Si Lemah (Cersil STN)

21 Maret 2024   15:32 Diperbarui: 3 Juni 2024   10:37 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sudah aku kira.  Melihat sorot mata angger dan perawakan angger yang padat berisi, aku sudah mengira kalau angger seorang pendekar.  Syukurlah angger selamat."

"Itulah yang aku pikirkan sekarang.  Aku tidak lagi dapat tinggal di sini terlalu lama.  Jika mereka datang ke sini, aku takut Kek Narto jadi sasaran kemarahan mereka.  Maka malam ini juga aku akan pamit melanjutkan perjalanan."

"Sayang sekali anakmas.  Cucu-cucuku sudah mulai akrab dan senang dengan angger.  Namun karena terpaksa angger buru-buru pergi.  Demi keselamatan kita bersama baiklah ngger, aku memberi pangestu kepada angger sebagai orang tua."

"Aku dapat hadiah banyak kek.  Sekantung uang keping perak. Aku akan berikan separo untuk kakek.  Untuk biaya hidup kakek membesarkan cucu-cucu kakek."

"Angger memang baik sekali.  Bersyukurlah wanita yang melahirkan angger, ia pasti masuk nirwana kelak."

"Cari wadah kek, dan simpan nanti di tempat yang tak diketahui orang.  Berbahaya jika ketahuan anak buah Gagakijo."

Kakek Narto segera mengambil bumbung air di dapur.  Ke dalam bumbung itulah Sembada menuang separo uang keping perak dari kantongnya.  Hati Kakek Narto berdebar-debar melihat puluhan keping perak masuk ke dalam bumbung itu.

"Nah, kira-kira sudah separo aku bagikan hadiahku untuk kakek.  Pergunakan sebaik-baiknya untuk merawat cucu-cucu kakek.  Namun hati-hati membelanjakannya.  Usahakan sembunyi-sembunyi saja agar selamat."

"Iya ngger.  Terima kasih sekali atas kebaikan angger."

Dibantu Sembada Kakek Narto menyembunyikan barang-barang itu di belakang rumah.  Bumbung itu setelah lubangnya ditutup kayu, kemudian dipendam dalam tanah.  Ia menandai gundukan tanah dengan sebuah batu yang cukup besar.  Di atasnya lagi setumpuk kayu bakar menutupinya.

Kakek Narto memberikan kembali bungkusan milik Sembada.  Pemuda itu lantas melingkarkan bungkusan itu di pundak dan pinggangnya, ujung-ujung kain itu ia ikatkan satu sama lain dengan kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun