Acara yang ditunggu-tunggu penonton adalah pertandingan babak akhir. Â Pertandingan untuk menentukan juara pertama dan kedua. Â Sembada dan pemuda ramping telah berdiri berhadapan di atas panggung.
Wadasgempal segera memimpin mereka dalam pertandingan. Ia telah berdiri di antara mereka yang telah berhadapan. Sejenak kemudian bunyi bende bergema menggetarkan udara malam. Â Belum berhenti dengungannya dua pemuda telah terlibat perkelahian yang seru. Â Silih berganti mereka menyerang dan menghindar.
Pemuda ramping itu benar-benar gesit, ia mampu mengelak dari setiap serangan Sembada. Â Namun iapun belum mampu mendaratkan pukulan atau tendangan ke tubuh pemuda bertutup wajah itu.
Mereka bertempur seperti dua bayangan yang saling menyambar. Â Sembada segera mengerahkan sebagian tenaga dalamnya, untuk memperkuat tangan dan kakinya agar dia mampu mempercepat serangannya. Â Sebentar kemudian gerakkannya benar-benar seperti burung elang yang terbang mengitari lawannya.
Dalam sebuah kesempatan Sembada berhasil meraih leher lawannya, dengan gerak berputar ia menarik leher itu hingga ikut berputar, kemudian kakinya naik dan menghantamkan lututnya ke arah dagu lawannya. Â Terdengar lutut dan dagu beradu, pemuda lawannya mengaduh. Â Nampak darah mengalir dari mulutnya.
Dengan dua tangan Sembada mendorong dada pemuda itu hingga jatuh terjengkang. Â Ketika ia dengan cepat bangkit berdiri, sebelum benar-benar siap menghadapi lawannya, tiba-tiba kaki Sembada dengan cepat dan kuat melanda perutnya. Â Pemuda itu terlempar dan tubuhnya melayang di atas pagar pembatas panggung. Â Ia jatuh terlentang di tanah di depan para penonton.
Sorak ramai dari penonton segera membahana. Â Mereka melonjak-lonjak kegirangan menyaksikan Sembada yang berdiri di atas panggung dengan bertolak pinggang.
Wadasgempal akhirnya mengangkat tangan Sembada, sembari berteriak kepada penonton.
"Inilah juara pertama dalam pertandingan ini."
Tepuk tangan dan sorak sorai bergema lagi.
"Siapa namamu anak muda, dan dari dusun mana kau berasal "