Pertandingan ketiga tidak kalah seru. Â Pemuda jangkung berkulit hitam melawan pemuda yang sedikit cacat kakinya. Meski agak pincang tetapi pemuda itu ternyata gesit dan lincah sekali. Â Gerakannya cepat dan tak terduga, si jangkung dalam waktu singkat berhasil di robohkan.
Tiba saatnya Sembada bertempur mengadu ketangkasan. Â Ia meloncati panggung dengan ringannya, hal ini sedikit mengagetkan penonton. Â Semula pemuda ini seperti orang yang hanya bermodal keberanian naik panggung, tanpa bekal olah kanuragan.
Menyaksikan Sembada dengan ringannya meloncat, penonton menyambutnya dengan gembira. Â Tepuk tangan, teriakan dan suitan menyambut kedatangannya.
Ia tetap menutup wajahnya dengan ikat kepala. Â Ia tidak ingin dikenal oleh anak buah Gagakijo.
Selang sesaat pemuda tinggi kekar berrambut panjang juga meloncat naik panggung.  Gerakannya  juga lincah dan mantap.
Wadasgempal segera mengisyaratkan kepada keduanya untuk berhadapan. Â Sesaat kemudian bunyi bende berbarengan dengan suara Wadasgempal berteriak. Dong, "Mulai"
Tidak seperti pasangan terdahulu yang lama sekali beradu fisik, namun kini kedua pemuda langsung saling menyerang dan menghindar. Â Pertarungan mereka seru sekali. Â Keduanya mempunyai kekuatan dan kecepatan bergerak yang tinggi.
Ketika Sembada menendang perut lawannya, dengan tangan lawannya menolak kaki Sembada, dan gantian kakinya melayang menghantam dada. Â Sembada menolaknya pula dan mengirimkan tendangan balik. Â Demikian berulang-ulang sehingga penonton dibuat takjub.
Namun Sembada segera mengubah taktik bertanding, ia dengan cepatnya melompat ke samping lawan dan menggerakkan tangannya meraih ikat kepala pemuda tinggi kekar itu. Â Ikat kepala itu berhasil ia lepas dari kepala lawannya, dan mengangkatnya agar dilihat para penonton.
"Hebat, horeeee, terus hajar."
Pemuda tinggi berambut panjang merah wajahnya. Â Ia benar-benar dipermalukan lawannya. Â Iapun menyerang Sembada dengan gerakan yang cepat dan keras.