Penonton bersorak-sorak riuh, bertepuk tangan dan bersuit-suit. Â Mengacung-acungkan ibu jari mereka kepada si ramping sang pemenang pertandingan pertama.
Setelah membungkukkan badan, pemuda ramping itu segera turun panggung. Â Sementara si tinggi besar terpaksa digotong tubuhnya oleh anggota pelaksana pertandingan.
Babak kedua segera dipersiapkan. Â Pemuda berhidung melengkung melawan pemuda berkepala gundul. Â Perawakan dan tinggi badan mereka sejajar. Â Setelah mereka berhadap-hadapan, Wadasgempal segera mengayunkan tangannya ke bawah.
"Mulai" Â "Dong"
Dua pemuda berputar-putar sesaat, masing-masing mencari celah tubuh lawan yang tak terlindung. Â Beberapa saat belum ada yang memulai, hanya bergerak-gerak menghentak-hentak menyerang. Â Penonton tidak sabar melihat.
"Ayooo, serang !!!"
Namun akhirnya si gundullah yang meloncat dan mengirim pukulan tangan. Â Namun sihidung melengkung menepisnya ke samping dengan tolakan telapak tangan. Â Sebuah kesempatan terbuka, kaki kanan sihidung melengkung bergerak dengan cepat, tulang keringnya menghantam dengan keras ke arah ulu hati lawan.
Terdengar suara benturan keras. Buuukk. Â Ahhhh,
Si gundul terlontar badannya menghantam pagar penghalang panggung. Â Tubuh itu kemudian jatuh mengelimpruk di lantai. Wadas Gempal menunggu sesaat, sambil menghitung angka sampai sepuluh. Â Selesai hitungan sepuluh pemuda gundul itu tetap tak bisa bangkit.
Wadasgempal menghampiri pemuda berhidung melengkung dan mengangkat tangannya ke atas, sebagai pertanda dialah yang menang.
Kembali penonton bersorak-sorak ramai sekali. Â Bahkan ada yang melepas baju mereka dan memutar-mutarnya di atas kepala.