Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 6, Pertempuran di Kedai (Cersil STN)

18 Maret 2024   22:02 Diperbarui: 3 Juni 2024   10:21 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika Ki Lurah tidak berkenan, jangan menghalangi kami yang memiliki kegemaran itu."

"Otakmu memang otak demit"

Sebentar  kemudian telah nampak dua orang dihadapan mereka bersiap-siap.  Gadis itu menyilangkan pedangnya di depan dada.  Kedua kakinya ia buka sedikit, matanya dengan tajam memandang lawannya.

Trembolo, lelaki buncit itu, juga telah memutar kapaknya.  Sebenarnya ia sayang jika senjatanya itu akan menyobek kulit lawannya.

Terdengar teriakan dari si gadis, pedangnya dengan cepat terjulur menusuk dada.  Trembolo meloncat ke belakang agak tergesa-gesa.  Sama sekali ia tidak menduga gadis itu lincah dan gesit, geraknya cepat sekali.

Tahu lawannya meloncat ke belakang, gadis itu memburunya. Ia meloncat dengan ringannya sambil menyabetkan pedangnya menyilang.  Sekali lagi Trembolo gendadapan, kapaknya tidak dapat menangkis serangan lawannya.  Saat pedang itu bergerak menyilang ia hanya memiringkan badannya.  Usahanya menghindari pedang itu tidak berhasil, ujung pedang gadis itu menyobek kulit lengannya.  Trembolo meloncat lagi ke belakang.  Tangan kirinya meraba lengan kanannya.  Terasa cairan hangat menyentuh tangannya.

"Setan betina.  Ternyata kau keturunan kuntilanak.  Aku bunuh kau"

"Jangan hanya berteriak.  Ayo mana ilmu kapakmu itu."

Trembolo meloncat balik menyerang.  Kapaknya dengan deras melayang ke arah kepala si gadis. Namun dengan manisnya gadis itu menepis kapak itu ke samping.  Kaki bergerak dengan cepat, tulang keringnya menghantam perut lelaki buncit itu. 

Terdengar suara keras buuuk.  Lelaki itu tiba-tiba sempoyongan dan jatuh ke belakang.

Ketika pedang gadis itu hendak memburu musuhnya, tiba-tiba sebuah pedang besar milik Wadasgempal melayang hendak membacok lehernya.  Sekilas gadis itu melihat kelebat pedang mengarah dirinya.  Ia meloncat ke samping dan menggerakkan pedangnya memukul bilah pedang yang datang itu.  Terdengar bunyi dua logam beradu.  Dua orang itu nampak tegang sejenak, mereka merasakan kekuatan masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun