"Hahahaha.... Kau tambah manis nduk, kalau sedang marah.  Apamukah pemuda itu ?  Gayanya sok. Seperti lelaki sendiri. "  Orang berperut buncit itu memancing perselisihan.
"Dia calon suamiku.? Â Kenapa memangnya ?"
"Hahahaha, ia tidak pantas jadi suamimu anak manis. Â Lebih tepat jika ia jadi pekatikmu. Â Saban hari bisa kau suruh cari rumput untuk kudamu"
"Terus yang pantas jadi suamiku siapa ?"
"Aku ! Hahahaha "
Gadis itu memandang pemuda gemuk calon suaminya yang wajahnya sudah memerah itu. Â Mereka bertatapan mata sejenak.
"Biarlah aku beri pelajaran orang itu kakang." Katanya pelan. Â Pemuda itu mengangguk.
"Baik. Â Aku mau jadi istrimu. Â Asal kamu berani melayaniku sebentar bermain pedang."
"Siap. Â Jika kau kalah kau tak boleh ingkar janji."
Gadis itu agak ragu-ragu sejenak. Â Ia terlalu sembrana berbicara, sebelum tahu tingkat kemampuan ilmu lelaki buncit itu. Â Namun tekadnya segera membara kembali untuk membungkam mulut lelaki kurang ajar itu.
Sembada berdebar-debar menyaksikan perkembangan percakapan mereka. Â Sebentar lagi tentu akan terjadi sebuah perkelahian yang dahsyat. Â Ia yakin gadis itu memiliki ilmu kanuragan yang cukup, terbukti ia berani menantang lelaki kekar dan kasar yang menggodanya.