KAKEK PEMIKUL KAYU
(Karya Wahyudi Nugroho)
Dengan cepat seperti kilat yang menyambar di langit, Sembada meloncat dan menotokkan ujung tongkatnya ke arah dada lelaki yang ia anggap pemimpin gerombolan itu. Â
Lelaki itu terhuyung-huyung ke belakang, Sembada meloncat memburunya sambil mengirim tendangan miring, tumitnya menghantam perut lawannya. Â Lelaki itu mengaduh dan jatuh terjengkang ke belakang sambil memegangi perutnya.
Ketika seorang lawannya yang satu hendak mengambil parangnya yang terlepas, dengan cepat Sembada meloncat dan mengayunkan tongkatnya kepunggung lawan. Â
"Buuuk." Terdengar lagi bunyi benturan.
"Aduh." Lawannya mengaduh kesakitan.
Lelaki itu jatuh tengkurap mencium tanah. Bibirnya terantuk batu yang tajam. Darah mengalir membasahi dagunya.
Sembada menghentikan serangan-serangannya. Â Ia melihat ketiga lawannya sudah tak mampu lagi melawan. Â Ia letakkan tongkatnya di atas pundak. Â Sambil bertolak pinggang ia berteriak.
"Apakah kita teruskan pertempuran ini. Â Kalian hampir mati kehabisan nafas." Katanya.