Si gemuk senyum senyum sambil melirik Kak Jatmika. Namun yang dilirik pura pura tak memperhatikan.
"Ayah saya perwira militer berpangkat jendral satu satunya dari kota kecil ini. Namanya Wibawa. Sayang beliau telah anumerta. Ibuku wanita Bali, bernama Ida Ayu Saraswati. Masih memiliki darah brahmana. Bisa jadi Lohgawe yang terkenal itu adalah nenek moyangku." Â katanya mantap.
"Lohgawe tidak punya keturunan. Beliau tidak menikah." ada siswa nyeletuk membantah.
"Sok tahu. Kamu punya referensi sejarahnya ?" jawab Hendra santai.
"Gak tahu sih. Tapi aku tak yakin silsilah keluargamu itu, beraninya kau mengklaim Lohgawe kakekmu. Bukankah ia brahmana yang diusir dari wilayah Kediri jaman raja Kertajaya atau Dandang Gendis.  Lari ketimur bersekutu dengan mahasiswa radikal bernama ken Arok ? Meski sedikit aku tahu sejarah." bantah  anak yang duduk di belakang itu.Â
Semua anggota panitia tersenyum senyum mendengar perdebatan itu..
"Saya tidak mengklaim, hanya bergurau. Baramgkali...." jawab Hendra menghindar.
Ketika tidak ada reaksi lanjutan dari pembantah itu, hendra melanjutkan.
"Hobiku berenang dan main catur. Meski badanku gemuk aku berani bertanding berenang dengan siapapun. Termasuk dengan kamu. " katanya sambil menudingkan telunjuk kepada pembantahnya.
"Main catur ? Aku punya sertipikat juara pertama catur tingkat kabupaten. Berani kau bertanding denganku pembantah ?" katanya sambil membusungkan dada. Iapun tersenyum saat teman teman bertepuk tangan.
"Kesan saya tentang ospek ini menyenangkan. Â Tapi juga menyedihkan. Senang karena bisa bergurau seperti ini. Sedih karena aku dijuluki gajah bengkak. Aku manusia, meski gemuk. Julukan itu merendahkan derajatku sebagai manusia. Jelas tindakan semacam ini tidak etis. Tidak patut ditiru. Itulah pesanku jangan tiru hal buruk, meski dari senior kita sendiri. Terima kasih."