Sekian sambutan saya. Selanjutnya secara resmi saya buka acara ospek ini" Â tiba-tiba terdengar bunyi dengung keras sekali. Semua yang ada dalam aula itu menutup telinga.
"Cara bicaranya sudah seperti pejabat" komentar teman yang duduk di sampingku, setelah bunyi dengung pembukaan ospek itu berhenti. Aku sama sekali tak menanggapinya.
Selanjutnya, Kak Jatmika, anggota panitia yang lain mengambil alih forum. Bicaranya keras dan tegas. Menurutku cenderung kasar. Dari sisi etika berbicara di tengah forum menurutku nilainya masih kurang. Sebagai makluk sosial kurang menghargai dan menghormati adik kelas. Meski kami berumur lebih muda.
"Nah adik-adik telinga kalian tadi dengar bukan ? Sesorah ketua ospek yang juga ketua osis kita. Harus ada keseimbangan sebagai makluk pribadi dan makluk sosial, agar kalian utuh disebut manusia. Tidak seperti monyet, yang enggan berbagi jika bertemu makanan." katanya.
"Selanjutnya acara perkenalan. Kami akan menunjuk beberapa orang maju ke depan. Tahap pertama dua orang dulu."
Lelaki tinggi kurus itu berjalan memutar sambil mengawasi kami yang sedang duduk. Â Semua menundukkan kepala, enggan maju ke depan forum sebagai wakil.
"Kenapa kalian menunduk ?!!" bentaknya
Mendengar bentakan itu kami semakin mengkeret. Tak berani mendongakkan kepala.
"Itu yang duduk di pojok kiri. Badannya besar seperti gajah bengkak itu, maju. Berdiri ! Cepat !!"
Murid baru yang aku tahu dari SMP negeri satu pare itu, karena berat badannya agak kesulitan berdiri. Teman dekatnya membantu mengangkat tubuhnya. Setelah berdiri dengan terseok seok ia berjalan ke depan. Bokongnya hitam oleh debu yang menempel di celananya.
"Berdiri dulu kamu di situ.!!" perintah Kak Jatmika sambil menuding tempat pojok kanan depan. Â Siswa gemuk itu menggeser tubuhnya.