Bayangkan saja, kehidupan yang sama dirasakan oleh perempuan itu. Hidup masa kecil menjadi masa awal penderitaan tak pernah henti-hentinya dilanda penindasan dan pelecehan. Jujur saja, ia sudah tak lagi menjadi manusia setelah ia faham tentang arti hidup saat itu.Â
Uang sebesar 100k merubah sudut pandangannya, ia telah mati di saat orang lain masih menikmati kesenangan hidup. Di saat perempuan lain didik dan dibesarkan oleh keluarga yang baik, perempuan malang itu malahan besar oleh didikan bayang-bayang keburukan.Â
Pantas saja, kematian lebih ia setujui daripada kehidupan nya. Tak ada pilihan selain bunuh diri. Bukannya ia tak berani mengugat. Tempat paling teraman pun seperti kantor polisi juga menjadikan dirinya merasakan ppengalaman yang menakutkan.Â
Tak ada tempat teraman baginya selain mati. Ia meninggalkan kesan tak baik. Matinya sudah menjadi aib, semasa hidupnya tidak terlukis kan dengan baik. Sejak awal cerita kecil hingga dewasanya hanya tentang penderitaan. Bagaimana ia harus menjadi orang baik sedangkan yang ia temui di masa-masa hidupnya saja sudah menguburkan kebaikan.Â
Cantik itu luka, cantik itu duka. Ia memilih kematian daripada kehidupan. Bertelanjang sebagai pertanda penggugatan, tetapi malahan tanggapan nya semakin tidak mengenakan.Â
"Wajar saja, hidupnya tidak pernah bahagia sekalipun. Ia sudah tak lagi tertawa dengan ikhlas. Semasa hidupnya dihantui oleh ketakutan.".
Mendengar kematian perempuan itu. Kila yakni perempuan tak percaya agama mulai melakukan aksi nyata, memaksa kepolisian untuk mengusut kasus kematian itu. Tapi jawaban nya sama saja. Ia memperoleh jawaban bahwa investigasi hasilnya adalah perempuan itu bunuh diri.Â
Kematiannya memang karena bunuh diri, namun ia sejak awal mati dibunuh oleh mereka yang memanipulasi data kematian. Tak ada bukti pembunuhan di tempat kejadian. Yang ada hanyalah sebotol racun dan pakaian.Â
Kila menyadari kasus kematian itu tidak semata-mata bunuh diri. Ia mati telanjang bulat, pesan terakhir sosial media memberikan catatan penting kesimpulan. Bahwa perempuan itu mati karena bukan bunuh diri, tetapi dipaksakan oleh kehidupan yang membuatnya harus dibunuh oleh kondisi.Â
Perempuan dan kila pun sama jika diceritakan masa lalu. Ia hidup dengan keluarga yang lengkap. Hidup dari keluarga yang sangat harmonis, hidupnya serba berkecukupan. Ia bahagia di masa kecil hingga remaja.Â
Sejak umur 4 tahun pun, ia diajarkan menggunakan hijab oleh ibunya. Katanya "menggunakan hijab itu melindungi kita dari mata-mata laki-laki yang berfikir dan berbuat buruk pada kita".