Dari sejak ruang lingkup keluarga pun, perempuan sudah menjadi seorang anak yang didik selalu menurut, menghamba. Tidak pernah sekali (sangat jarang) perempuan didik menjadi sosok pemimpin yang memimpin laki-laki. Mungkin itu zaman dahulu berlaku secara merata. Tetapi tidak untuk sekarang ini, semua bisa merasakan ketika Syarat syarat yang memenuhi nya bisa dimiliki.Â
Perempuan yang sejak awal merasa tertindas merindukan kematiannya. Ia tak lagi berharap tentang keesokan hari makan apa lagi, melainkan esok hari laki-laki yang mana bisa untuk diporoti karena kebutuhan seksualitas laki-laki itu. Begonya, semua itu di sadari, namun tidak ada jalur lain terkecuali cara terkutuk itulah mendapatkan uang untuk makan.Â
"Tidak ada yang bisa diberi secara percuma-cuma. Semua itu ada harga, catatannya adalah ketika seseorang diberikan sesuatu dan selalu memberikan perhatian lebih. Maka kemungkinan besar terdapat maksud lain dibelakangnya".
Jika hal demikian terjadi pada perempuan. Maka yang perlu dilihat adalah fenomena Bagaimana seorang perempuan diperlakukan lebih oleh seorang laki-laki. Tidak mungkin sesuatu sebab tidak memiliki akibat dan sesuatu tindakan tidak memiliki kepentingan. Kausalitas manusia itu berlaku dalam tindakan. Moral menjadi satu rujukan, tapi tidak sepenuhnya berlaku untuk perempuan.Â
Kadang-kadang moral dari berbagai pandangan memperbolehkan perempuan menjadi nomor 2 dan laki laki menjadi manusia nomor satu. keburukan ini sudah menjadi budaya yang sangat kental tanpa ada yang menentangnya secara berlebihan. Karena bisa dilihat, bahwa keuntungan lebih didapatkan jika dua nominasi yang berbeda ditampilkan dengan dua kutub berbeda. Atas bawah, baik buruk, pemimpin budak, dlsb.Â
Seorang perempuan yang terlahir cantik itu memperoleh satu kebaikan, karena dirinya cantik dan memperoleh sejuta keburukan dan penderitaan dalam hidup. Semasa hidup di hantui oleh trauma.Â
Para laki-laki bajingan yang ditemui wanita itu memiliki pengetahuan tentang pelecehan seksual. Tetapi, mereka lupa, merealisasikan untuk kehidupan nyatanya.Â
"Ternyata seseorang bisa menjadi manusia pada posisi keberuntungan dirinya dan sekaligus menjadi hewan saat memanipulasi kesempatan berbuat buruk".
Ia selalu menjadi manusia menderita karena dirinya perempuan. Selalu menjadi objek hasrat laki-laki yang pernah ditemui. Sudah tak ada lagi kebaikan di dunia ini untuk nya. Semua sudah mati setelah menerima kabar bahwa hidupnya dirusak sejak dini oleh pamannya sendiri.Â
Sama halnya dengan kisah "perempuan di titik nol" Karya nawa elsaadawi, menceritakan sosok perempuan bernama firdaus semasa hidupnya menderita. Diperkosa oleh orang-orang terdekatnya dan menjadi objek pemuas seksual setelah dewasanya.Â
"Saya tidak minta apa-apa, kecuali mungkin hanya satu hal. Untuk diamankan oleh cinta dari segalanya. Untuk menemukan diri saya kembali, untuk mengenali diri-sendiri yang telah hilang. Untuk menjadi makhluk manusia yang tidak dilihat orang dengan caci-makian, atau dengan pandangan rendah, tetapi dihormati, disukai dan dijadikan merasa utuh." (Nawal el Saadawi, hal. 141)