Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan yang Menggugat

14 Maret 2023   19:00 Diperbarui: 14 Maret 2023   19:11 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Elizabeth baer

Perempuan bukan manusia kedua. Ia adalah sosok yang luar biasa. Namun pada sejarah yang di lukiskan dan diceritakan. Hanya sosok spesies yang lemah. perempuan merupakan sosok manusia kedua dalam pandangan laki-laki patriarkis, hal tersebut dibuktikan dengan apapun yang dilakukan oleh laki-laki dalam sosial juga bisa dilakukan oleh perempuan. 

Perempuan tidak akan selamanya menjadi manusia nomor dua. Dianggap sebagai sosok yang tidak layak untuk menjadi nomor satu atau setara. Pandangan konservatif seperti patriarki perlu diberantas, karena pandangan ini merupakan doktrin tersesat. 

Seseorang lahir sebagai manusia entah itu laki-laki maupun perempuan. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama secara sosial. Peduli dan saling menghormati. Banyak hal catatan yang di lupakan demi sebuah kepentingan dan hasrat keburukan. Tidak ada catatan yang jelas penindasan kepada perempuan diperbolehkan dengan pengecualian dalam ranah semasih perempuan itu bertindakan positif. 

Melihat Bagaimana kisah seorang perempuan yang rela mati untuk kebebasan. Maka terdapat beberapa poin penting harus diambil. Kematian memang tidak menjadi satu keuntungan bagi pelakunya, akan tetapi kematian menjadi satu alternatif yang amoral untuk menjauhi dunia. 

Bukan tentang Bagaimana konsekuensi pasca kematian, menjadi satu situasi awal adalah bagaimana seorang menanggapinya. 

Setiap orang terlahir sama karena mereka terlahir di dunia dan oleh satu Manusia bernama perempuan. Akan tetapi terdapat demarkasi yang cukup jauh antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai hal. Terjadinya perbedaan strata dalam jenis kelamin membentuk satu pola yang membudidaya hingga saat ini. 

Bahwa salah satu dari jenis kelamin harus merasakan dirinya sebagai orang yang mempertahankan keturunan, di sisi lain spesies sama, namun dengan jenis kelamin yang berbeda menjadi orang yang dominan untuk bisa menjaga orang-orang yang berusaha untuk mempertahankan spesiesnya (ini asumsi patriarki membacot semakin kuat). 

Testimoni ini membuktikan bahwa sejarah telah melihat satu pola yang memang itu dibuat sesuai dengan kondisi. Bawa perempuan saat itu haruslah menjadi orang yang paling penting untuk dilindungi karena Hanya mereka yang memiliki sel telur untuk mengandung dan melahirkan. Laki-laki tak punya itu, Ia hanya bisa membuang spermanya ke sana kembali tanpa rasa bersalah. 

Laki-laki merasa bahwa pada puncak ereksi lah dirinya merasa puas, mengeluarkan sperma yang di dalamnya berisi jutaan calon manusia yang jika berhasil bertemu sel telur. Maka bisa menjadi manusia yang terlahir di muka bumi. 

Seorang laki-laki bebas dan leluasa dalam mengendalikan seksualitas nya, tetapi perempuan tidak. Ia hanya dibatasi, diatur sedemikian kemauan dari moral, agama hingga masyarakat sosial budaya untuk perempuan berkehidupan. 

Dari sejak ruang lingkup keluarga pun, perempuan sudah menjadi seorang anak yang didik selalu menurut, menghamba. Tidak pernah sekali (sangat jarang) perempuan didik menjadi sosok pemimpin yang memimpin laki-laki. Mungkin itu zaman dahulu berlaku secara merata. Tetapi tidak untuk sekarang ini, semua bisa merasakan ketika Syarat syarat yang memenuhi nya bisa dimiliki. 

Perempuan yang sejak awal merasa tertindas merindukan kematiannya. Ia tak lagi berharap tentang keesokan hari makan apa lagi, melainkan esok hari laki-laki yang mana bisa untuk diporoti karena kebutuhan seksualitas laki-laki itu. Begonya, semua itu di sadari, namun tidak ada jalur lain terkecuali cara terkutuk itulah mendapatkan uang untuk makan. 

"Tidak ada yang bisa diberi secara percuma-cuma. Semua itu ada harga, catatannya adalah ketika seseorang diberikan sesuatu dan selalu memberikan perhatian lebih. Maka kemungkinan besar terdapat maksud lain dibelakangnya".

Jika hal demikian terjadi pada perempuan. Maka yang perlu dilihat adalah fenomena Bagaimana seorang perempuan diperlakukan lebih oleh seorang laki-laki. Tidak mungkin sesuatu sebab tidak memiliki akibat dan sesuatu tindakan tidak memiliki kepentingan. Kausalitas manusia itu berlaku dalam tindakan. Moral menjadi satu rujukan, tapi tidak sepenuhnya berlaku untuk perempuan. 

Kadang-kadang moral dari berbagai pandangan memperbolehkan perempuan menjadi nomor 2 dan laki laki menjadi manusia nomor satu. keburukan ini sudah menjadi budaya yang sangat kental tanpa ada yang menentangnya secara berlebihan. Karena bisa dilihat, bahwa keuntungan lebih didapatkan jika dua nominasi yang berbeda ditampilkan dengan dua kutub berbeda. Atas bawah, baik buruk, pemimpin budak, dlsb. 

Seorang perempuan yang terlahir cantik itu memperoleh satu kebaikan, karena dirinya cantik dan memperoleh sejuta keburukan dan penderitaan dalam hidup. Semasa hidup di hantui oleh trauma. 

Para laki-laki bajingan yang ditemui wanita itu memiliki pengetahuan tentang pelecehan seksual. Tetapi, mereka lupa, merealisasikan untuk kehidupan nyatanya. 

"Ternyata seseorang bisa menjadi manusia pada posisi keberuntungan dirinya dan sekaligus menjadi hewan saat memanipulasi kesempatan berbuat buruk".

Ia selalu menjadi manusia menderita karena dirinya perempuan. Selalu menjadi objek hasrat laki-laki yang pernah ditemui. Sudah tak ada lagi kebaikan di dunia ini untuk nya. Semua sudah mati setelah menerima kabar bahwa hidupnya dirusak sejak dini oleh pamannya sendiri. 

Sama halnya dengan kisah "perempuan di titik nol" Karya nawa elsaadawi, menceritakan sosok perempuan bernama firdaus semasa hidupnya menderita. Diperkosa oleh orang-orang terdekatnya dan menjadi objek pemuas seksual setelah dewasanya. 

"Saya tidak minta apa-apa, kecuali mungkin hanya satu hal. Untuk diamankan oleh cinta dari segalanya. Untuk menemukan diri saya kembali, untuk mengenali diri-sendiri yang telah hilang. Untuk menjadi makhluk manusia yang tidak dilihat orang dengan caci-makian, atau dengan pandangan rendah, tetapi dihormati, disukai dan dijadikan merasa utuh." (Nawal el Saadawi, hal. 141)

Bayangkan saja, kehidupan yang sama dirasakan oleh perempuan itu. Hidup masa kecil menjadi masa awal penderitaan tak pernah henti-hentinya dilanda penindasan dan pelecehan. Jujur saja, ia sudah tak lagi menjadi manusia setelah ia faham tentang arti hidup saat itu. 

Uang sebesar 100k merubah sudut pandangannya, ia telah mati di saat orang lain masih menikmati kesenangan hidup. Di saat perempuan lain didik dan dibesarkan oleh keluarga yang baik, perempuan malang itu malahan besar oleh didikan bayang-bayang keburukan. 

Pantas saja, kematian lebih ia setujui daripada kehidupan nya. Tak ada pilihan selain bunuh diri. Bukannya ia tak berani mengugat. Tempat paling teraman pun seperti kantor polisi juga menjadikan dirinya merasakan ppengalaman yang menakutkan. 

Tak ada tempat teraman baginya selain mati. Ia meninggalkan kesan tak baik. Matinya sudah menjadi aib, semasa hidupnya tidak terlukis kan dengan baik. Sejak awal cerita kecil hingga dewasanya hanya tentang penderitaan. Bagaimana ia harus menjadi orang baik sedangkan yang ia temui di masa-masa hidupnya saja sudah menguburkan kebaikan. 

Cantik itu luka, cantik itu duka. Ia memilih kematian daripada kehidupan. Bertelanjang sebagai pertanda penggugatan, tetapi malahan tanggapan nya semakin tidak mengenakan. 

"Wajar saja, hidupnya tidak pernah bahagia sekalipun. Ia sudah tak lagi tertawa dengan ikhlas. Semasa hidupnya dihantui oleh ketakutan.".

Mendengar kematian perempuan itu. Kila yakni perempuan tak percaya agama mulai melakukan aksi nyata, memaksa kepolisian untuk mengusut kasus kematian itu. Tapi jawaban nya sama saja. Ia memperoleh jawaban bahwa investigasi hasilnya adalah perempuan itu bunuh diri. 

Kematiannya memang karena bunuh diri, namun ia sejak awal mati dibunuh oleh mereka yang memanipulasi data kematian. Tak ada bukti pembunuhan di tempat kejadian. Yang ada hanyalah sebotol racun dan pakaian. 

Kila menyadari kasus kematian itu tidak semata-mata bunuh diri. Ia mati telanjang bulat, pesan terakhir sosial media memberikan catatan penting kesimpulan. Bahwa perempuan itu mati karena bukan bunuh diri, tetapi dipaksakan oleh kehidupan yang membuatnya harus dibunuh oleh kondisi. 

Perempuan dan kila pun sama jika diceritakan masa lalu. Ia hidup dengan keluarga yang lengkap. Hidup dari keluarga yang sangat harmonis, hidupnya serba berkecukupan. Ia bahagia di masa kecil hingga remaja. 

Sejak umur 4 tahun pun, ia diajarkan menggunakan hijab oleh ibunya. Katanya "menggunakan hijab itu melindungi kita dari mata-mata laki-laki yang berfikir dan berbuat buruk pada kita".

Jawaban itu bagi kila sangat memuaskan, karena hanya dengan selembar kain. Ia bisa dilindungi dan dijaga. Mungkin ibunya benar, jika ia dilindungi dari para laki-laki bangsat dipinggir jalan. Tetapi tidak dengan laki-laki yang berhijab dengan kebaikan. 

Ia diajarkan ilmu agama oleh guru yang katanya pintar mengaji. Kila memang harus belajar ilmu agama dari siapapun, untuk menambah pemahaman agama nya secara holistik. 

Pada saat itu, setelah selesai mengaji. Kila diberhentikan oleh guru ngajinya untuk Membicarakan sesuatu. Kila menurut saja, ia patuh pada guru. Katanya kan, berbakti pada guru itu satu hal yang terpuji, ilmunya barokah lebih kurangnya. 

Mereka bedua saja duduk diruang tempat mengaji. Kila masih menggunakan hijab, peci di guru ngaji nya pun masih melekat. Guru itu memperhatikan kila dengan senyum saja. Kila hanya bisa menunduk, tetapi ia hanya berprasangka baik. Fikirannya bahwa guru itu memberikan satu wejangan kebaikan untuk dirinya di masa depan soal agama. 

Tapi tak sesuai dengan ekspetasi. Guru itu langsung memegang kila dengan erat pada bagian mulutnya. Kila kaget dan memberontak, tapi apa daya. Ia hanya seorang perempuan berumur 15 tahun yang masih polos dan tak memiliki tenaga yang kuat untuk melawan. 

Guru bajingan itu langsung memperkosa kila di ruang mengaji. 

Tragedi itu adalah tragedi paling buruk di masa hidupnya. Kila tak lagi percaya tentang apapun. Dilecehkan oleh guru ngaji sebelumnya dianggapnya mampu membimbing dan menjadi tauladan baik untuknya. Itu di rusak saat itu. Kila sudah bukan perawan lagi, bahkan itu bukan subtansi fikirannya. Tetapi ia memilih untuk meninggalkan hidupnya selepas pristiwa itu. 

Pergi entah kemana, tanpa tujuan. Ia hanya menginginkan menjadi orang baik bisa hidup dengan bahagia. Jauh entah kemana, Kehidupan nya berubah 180%. 

Memilih untuk hidup di jalanan dengan teman-teman barunya. Ia melihat satu pandangan yang berbeda. Bahwa mereka anak jalanan yang dianggap tidak berguna lebih bermoral daripada guru yang memperkosanya. Setidaknya mereka masih menghargai wanita. 

Hidup menjadi sosok aktivis perempuan untuk mengunggat ketidakadilan bagi perempuan. Belajar dari masa lalunya. Dibungkam oleh kepercayaan dan keyakinan baik, namun didalamnya terselip keburukan sangat besar. Ia tak lagi percaya tentang agama. Katanya, nilai nilai agama dan moral telah ia simpan di buku catatanya. Namun, tak peduli lagi apakah itu usang atau tidaknya. 

Kepedulian nya hanya tentang manusia saja. Ia tak menginginkan perempuan menjadi sengsara karena budaya patriarki dalam ruang apapun. Karena apapun yang dimiliki perempuan adalah miliknya. 

Kila merasakan satu kejadian yang sama dengan perempuan yang bunuh diri itu. Terhempas, lebur, hancur dan remuk karena keadaan. Ia sama-sama mengenal trauma masa kecil yang sangat menyakitkan bagi dirinya.

Sebagian laki-laki menjadi oknum berbuat seenak jidatnya. Mereka hanya memahami kehidupan yang layak dan perlu baginya. Sebagian laki-laki memenuhi nafsunya dengan merusak harga diri seorang perempuan. Laki-laki itu melebihi sifat hewan dan sepantasnya untuk menerima hukuman. 

Tapi nyatanya, ia tak melihat hukuman pantas untuk pelaku pelecehan seksual yang pernah dirinya rasakan ataupun perempuan itu rasakan. Kadangkala Dunia selalu berpihak pada orang-orang yang memiliki kemampuan lebih, entah itu mereka nantinya baik atau tidak. "Namun jika mereka sudah memiliki modal untuk melindungi diri. Maka melakukan apapun kehendak nya bisa mereka atur untuk menyelamatkan diri dari jeratan hukuman dunia"

Kila, perempuan itu, ataupun kita sendiri tidak tahu sejauh mana hidup ini tidak berpihak pada kita. Kadang-kadang harus menerima perbedaan buruk demi kepuasa beberapa oknum yang tak bertanggungjawab. 

Perempuan tak menjadi nomor dua, ia adalah manusia yang setara dengan laki-laki. Apapun dasarnya, kekerasan dalam bentuk apapun terhadap perempuan tidak diperbolehkan dalam ruang lingkup satu pihak saja yang mendapatkan keuntungan. 

Jangan sampai tertipu oleh berbagai alasan untuk memperbolehkan pelecehan. Perempuan untuk nya sendiri. Kila dan perempuan itu mengajarkan kita tentang bagaimana realita perempuan tertindas hari ini. Bahkan, ia merasakan langsung. 

Sebagai penutup cerita pendek ini, saya mengutip satu perkataan dari penulis bernama sarah noer didalam judul artikel "luka dan perempuan"

"Kurang lebih, begitulah. Lelaki memang berengsek. Sepanjang saya mengenal lelaki baik dan paham agama, ketika di atas kasur, mereka tetap membuka kancing baju saya. Maka ketika mereka berkhotbah mengenai Tuhan kepada teman-temannya di hadapan saya, agama lelaki adalah dusta dan keputusasaan semata".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun