Kulihat sosok gadis cantik berlalu dariku. Air matanya jatuh, tersapu hujan, seperti sedih melihatku. Aku merasa pernah mengenalnya, tetapi di mana?
***
Suatu waktu, di tempat yang berbeda.
Suara debur ombak yang memecah karang terdengar keras di telinga. Tetapi ini bagai nyanyian yang mampu menghilangkan rasa gundah. Kesunyian hati tanpa cinta, sungguh telah merubah hati menjadi sedikit keras. Berharap angin sepoi lautan bisa melembutkannya.
"O, jadi kamu ke sini ya, kalau lagi menghindar dariku?"
"Sakti? Bagaimana kau tahu aku ada di sini?"Â
"Sudah, tidak usah bertanya bagaimana aku tahu kamu ada di sini." kataku sambil mendekat dan duduk di samping sisi kananmu. Hamparan pasir putih sebagai tempat duduk dan pohon waru berbentuk melengkung bisa menjadi peneduh dari sengatan matahari.
"Mayang, aku memang tidak sempurna. Tetapi aku mencoba sempurna untukmu. Aku tahu semua tentangmu. Juga tentang Kota Cahaya." lanjutku.
Kamu sedikit terkejut dan menengok ke arahku.Â
"Bagaimana kamu tahu? Aku tak pernah cerita padamu, kan?"Â
"Heran ya? Kamu pernah mendengar sebuah teori bahwa jika ingin meraih hati seorang gadis, dekati saja ibunya."