"Hanya kamu yang bisa menghapus kenangan sedih, Mayang," kataku.
"Terimakasih, Sakti," jawabmu, sambil memandangi cincin. Terlihat rona bahagia.
Debur ombak berkali-kali terdengar menerjang karang. Seolah mendengar kata hatiku. Kamu bagiku adalah seorang yang mirip malaikat. Atau jangan-jangan memang malaikat? Oh iya, kamu adalah Alien, penghuni Kota Cahaya yang tersesat di bumi.
Beruntunglah hujan tidak datang hari ini. Walau angin sepoi kembali menderu. Kulihat awan hitam datang dari kejauhan. Seperti berarak menuju ke sini. Oh, tidak. Jangan! Aku tak mau melupakan kamu kembali.Â
Melihatmu bahagia, tak tega rasanya jika harus mengulang dari awal. Jatuh cinta pada pandangan pertama, lalu menyatakan cinta kembali berkali-kali. Meskipun dengan orang yang sama, tapi aku rasa cukup. Tak tega jika aku menyakitimu kembali.
Pelukan hangat di tengah teriknya matahari, mampu meluruhkan kepungan gundah gulana hati.
Tiba-tiba angin kencang datang dari arah laut. Membawa awan hitam yang segera memayungi kita berdua. Mendung pekat! Â
***
"Jadi, kamu yang bernama Mayang? Boleh aku meminta nomer telponmu? Aku rasa kamu adalah jodohku." kataku.Â
Kamu memandangiku sambil menitikkan air mata. Mengapa menangis? Ada yang salah? Sungguh, aku pernah mengenalmu. Tapi dimana?
Ada salah satu bintang berkelip terang di langit menempati nebula-nebula, meski malam belum menjelang gelap. Bintang itu tampak dari kejauhan mengintai dari jendela kantor.