Selama dua hari waktu libur yang diberikan bosku, aku pergunakan sebaik mungkin. Membuat segar kembali untuk diri sendiri. Bosku memang baik hati. Tak pernah marah, hanya membentak lembut. Selebihnya suka berkelakar garing yang menusuk hati. Sehingga akupun jadi tahu kelemahanku.
Hem, dipikir-pikir, seandainya ia belum ada yang memilikinya, aku mau loh jadi kekasihnya. Duh, mimpi di siang bolong, kamu En!
***
Libur telah usai. Saatnya masuk kerja lagi. Semangatku membara. Apalagi, bertemu kembali dengan bosku yang sangat kukagumi.
Deg!
Siapa dia? Yang duduk di kursiku? Dan, bosku kenapa sudah sampai di tempat kerja? Biasanya aku duluan yang sampai. Ada apa ini? Kudeta diam-diam? Begitu ya, menyuruhku libur, tetapi menggeserku tanpa bilang? Bosku, kenapa sih? Hampir saja air mataku jatuh. Tetapi kutahan sekuat tenaga.
"Hai, Enit. Bagaimana liburmu? Menyenangkan, bukan? Oya, kenalkan, dia Lamira. Nanti dia yang akan mengajarimu perhitungan yang kemarin."
Jadi dia namanya Lamira? Hei, bukankah... ia kekasih bosku? Aku pernah bertemu dengannya sekali di mal ketika ia jalan dengan bosku.
"Ya, pak."
"Kok, kamu nggak ceria? Kok cemberut? Padahal sudah kuberi kamu libur dua hari. Mau nambah liburnya?"
"Oh, enggak pak. Terimakasih. Iya, nanti saya akan minta diajari kak Lamira." kataku agak serak.