Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Bisa Pindah ke Lain Hati, Katamu

15 Maret 2018   20:29 Diperbarui: 15 Maret 2018   22:05 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay.

Bertemu di tempat yang dulu sering kita kunjungi. Pantai dengan pasir putihnya. Indah sekali pemandangannya. Bila aku di tempat ini, aku seperti berada di alam luas membentang. Dengan pemandangan langit membiru, sesekali terlihat burung putih melintas. Pemandangan akan semakin indah saat sunset. Matahari terbenam, melalui celah-celah awan cakrawala pantai. Lalu pelan-pelan menghilang. Langit menjingga.

Kamu dan aku tiba, saat masih sore. Langit masih terang. Lalu kita menuju pinggir pantai, duduk di hamparan pasir putih. Ada beberapa hewan ternak yang diumbar untuk mencari makan, di dekat pantai yang berumput.

Semenjak berangkat dari rumah tadi, aku terdiam. Sedangkan kamu tak berani menyapaku lebih dulu. Kamu tahu, aku sedang marah.

Pecah juga keheningan ini. Kamu berkata padaku.

"Sava, maafkan aku." katamu.

"Kenapa? Kenapa kau tak bilang dari dulu? Dan kenapa aku harus mengalami sakit dua tahun lamanya? Please, Izal."

"Tapi kamu fight kan?"

"Lalu, berapa lama kamu tahu kalau kamu dijodohkan denganku?"

"Sejak lama. Sebenarnya, aku ingin bicara padamu. Tapi, aku ingin mencoba menguji kesetiaanmu. Apakah kau setia padaku atau tidak. Dan ternyata aku benar, kamu setia. Makasih, sayang."

Aku cemberut. Gombal sekali dia. Entah berapa lama, aku terdiam.

Beberapa kali kamu mencoba membujukku, tapi tak mempan. Kamu pantang menyerah. Dan kamu tahu kelemahanku, aku tak akan pernah bisa marah padamu. Aku akan selalu luluh oleh cintamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun