PURNAMA DI SEBERANG PULAU
Pekat malam memeluk resah
basah sisa rinai satu senja
rembulan perlahan menyapa
diantara ketidaksempurnaan biasnya
gemerisik pasir berbisik lirih
larut hanyut diantara jiwa mendamba
purnama goreskan sebait kisah
yang terbuang tanpa rasa
yang terhempas terlindas lara
purnama tuangkan cahaya
nyaris tanpa hangat mendekap
gelombang berayun tanpa nada
sendu merayu dalam pilu
hadirmu jauh tak terengkuh
lesap diantara kabut melingkar
terpaku diri tersandar di tiang dermaga
sekedar memangku rindu bisu
mengharap bias purnama
di seberang pulau
yuna_2020
PEREMPUAN DALAM BEKU
Sepoi lirih membelai seraut wajah
masa tak henti menyapa
helaan nafas kadang tersendat
sepasang netra tajam berbinar
tanpa rasa gentar
menepis terpaan yang mendera
tangan yang selalu siap terulur
merengkuh jiwa jiwa terkasih
langkah yang kadang terseok
menapak tanpa jengah
terabaikan dalam hasrat
dia perempuan dalam beku
terkadang hanya cacian umpatan
singgah menyapa
tak semua bisa mengerti
tak semua bisa menyelami
hanya prasangka senantiasa menghampiri
tanpa peduli air mata yang mengalir
atau kehampaan yang menyelimuti
dia perempuan dalam beku
pemilik kehidupannya sendiri
bukan milik siapa saja
yang doyan menghakimi
yuna_2019
USAI
Sudahi...sudah...
Cukupkan ...cukup
Tak perlu hadirkan pilu
Percuma
Apa yang kau cari
Tempatmu ada disini
Tanpa kamu meminta
Lepaskan ...lepas...
Tanpa tanya mengharu
Jangan kau cegah
Jika kau tak inginkan
Mungkin rindumu
Hanya bait kosong
Tak bermakna
Tak tersirat
Meski mengeja dalam diam
Sudah...sudahi
Rasamu tak menyakitkanku
Cukup...cukupkan
Rasa sakit yang pernah singgah
 Jika tanpa awal
Tak perlu akhir itu
Diammu isyaratkan seru
Usai
Alur abstrak yang tergores
Perlahan mengabur
Aku terima
Tanpa harap sapa
Terajut diantar
Jam pasir tanpa desiran           Â
 yuna_2020
JINGGA DALAM BAIT SENDU
Ada yang terlepas diantara sela jari
Ada yang melayang seringan kapas
Tanpa pernah tahu
arah yang pasti tuk mendarat
dan saat kudapati
sebuah rasa damainya menyapa ramah
diantara jiwa nan gamang
aku lemah lemas tiada daya
menyambut hadirmu
ciptakan aroma embun pagi
membelai kegersangan tanpa batas syahdu
dalam pelukan dewi malam
memupus jarak sedalam palung samudera
terbuai risalah hati
yang tak tergoreskan oleh tinta
tak terwujud dalam aksara
terjagaku di antara kaki senja
nuansa jingga memeluk raga
buliran bening menggugah ilusi
kehampaan pun kembali
hasrat memutar masa
 namun tiada kuasa
dan diri masih senantiasa larut
diantara alur tak berpawang
bersama rasa tanpa tutur dan makna
jiwa yang didera senyap
membeku melukis waktu
detik menit jam berlalu bisu
dalam hembusan seirama
resah mendesah basah
tak tahu arah
kehampaan bagai selimut abadi
atas diri yang mengharap arti
mendamba kesejukan
tanpa syarat dan dera
terjagaku tanpa hasrat
senja tak pernah sempurna
biarlah perlahan menjelma
menjadi jingga kelabu
namun hanya satu
biarkan kusandarkan kembali
diantara rengkuh agungMu
meski rindu bagai candu
gugur luluh aksaraku
diantara jemari menari sunyi
biarlah sekadar kisah klasik
syahdu merayu pilu
yuna_2020
TITIP RINDU BUAT ANAK PULAU
ketika  aku rindu sosokmu,
aku cukup menatap laut..
karena disana ada rasaku
 yang berlayar diantara  riaknya,Â
laut dan ombak tak kan dapat terpisahkan,
 bahkan meski pantai menolak ombak...
saat lelah akan damba menyapa
 sapuan pasir memberi kehangatan
pada jiwa yang meradang,
 desiran angin dan tarian ombak
pelipur gundah dilara
 akan tanya  tanpa jawab,Â
antara kata tanpa aksara...
aku rindu pada wajah dalam bingkai
yang tersenyum menggapai
tanpa pedulikan badai
aku terpekur hancur lebur
terburai tersayat diantara hasrat
yang tergadai
jauh....tanpa tersentuh
remuk rapuh sarat akan keluh
rinduku diantara buih
dan lengkingan camar laut
 disini masih di ruang sunyi
merindumu dalam dekap hampa
memeluk jiwa dalam kegamangan
tetaplah ditempatmu
biarkan aku berlabuh
pada masa tanpa jeda
                                                   yuna_2020
LELAKIKU
Â
Ku ingin hadirmu tanpa syarat
Yang melemahkanku
Diantara batas rasa yang kupunya
Sempurnakan aku dalam kurangku
Dekap aku dalam rapuhku
Kau yang entah berpijak dibelahan mana
yang aku tahu
aku bagian tulang rusuk
yang terlepas merambah sepi
Kulantunkan kidung dalam beku
Yang mungkin tak bernada
Ku tak miliki damba meraja
aku enggan meratap
angan tentangmu tak semanis gulali
kuhanya ingin hadirmu
membalutku dalam nyaman
tanpa kiasan yang menjeda
tanpa bilur membiru
menyiksa jiwa lirih
perih meradang gamang
ku ingin engkau
tanpa kisah romansa
yang hadirkan kegamangan
yuna_2020
KECEWA
Tragis..miris ...terlempar samar
diantara kisah harapan
yang penuh hasrat menyayat
hampamu tak kan hilang semalam
ratapmu tak kan pulihkan
sedu sedan dalam bingkai palsu
beginikah saat diri terabaikan
menceracau penuh gundah
meluap rasa tanpa norma
nyeri perih sudahlah pasti
saat intuisi mengarah satu
namun tak jua hiraumu
menyapa kembali
kesal tiada bertepi
menyeruak emosi dalam diri
sudahlah hentikan
jangan dilawan
hayati dan rasakan tetes pilumu
agar hari esok kamu bisa berjanji
 agar lengkung manis di bibirmu
setelah puas menangis semalaman
yuna_2020
BIAS PURNAMA DARI TANAH SEBERANG
Pekat malam memeluk resah
basah sisa rinai satu senja
rembulan perlahan menyapa
diantara ketidaksempurnaan biasnya
gemerisik pasir berbisik lirih
larut hanyut diantara jiwa mendamba
purnama goreskan sebait kisah
yang terbuang tanpa rasa
yang terhempas terlindas lara
purnama tuangkan cahaya
nyaris tanpa hangat mendekap
gelombang berayun tanpa nada
sendu merayu dalam pilu
hadirmu jauh tak terengkuh
lesap diantara kabut melingkar
terpaku diri tersandar di tiang dermaga
sekedar memangku rindu bisu
mengharap bias purnama
di seberang pulau
yuna_2020
SISA KOPI MALAM
pekat mengepul beraroma fantasi
dalam cangkir tua tanpa alas
kucecap panas nuansanya
meresap bangkitkan adrenalin
yang sempat membeku
secangkir kopi
tersentuh dengan  getir
sejatinya tentang rindu menggigil
diantara malam
saat sinarnya satu per satu
undur diri
sunyi...sepi
tanpa celoteh jengkerik
dan sekali lagi kucecap
berusaha resapi
rasa yang kian pahit
seperti yang tersisa
di ruang rindu tanpa celah
andai kau tahu
dan mau tahu
tentang secangkir kopi
yang tersisa separuh
membingkai wajahmu
dalam pekatnya
separuh dalam harap
dengarkan hati  berbisik
auramu senantiasa mengusik
dan akupun masih disini
ditemani jelata kopi
terdiam tak terusik
yuna_2020
PRASANGKA
haruskah seperti ini
rasa tak nyaman menyelimuti
saat kau hadirkan kisah
penuh dengan goresan
yang tak mampu kupahami
meradang garang
diantara celoteh sarat kesombongan
aku terhempas dari lingkaran
yang tak mampu kutembus
dengan logika dan hasratku
nada ironi sayup menghampiri
menyadarkan diri
yang semakin tersisishkan
aku terluka
perih terajam tanpa ampun
membuatku bertanya
menghiba tanpa jawab
terkungkung dalam putaran
asumsi yang menyesatkan
bait prasangka meraja
tanpa kendali
menjajah ruang tanpa penguasa
lemah..tergadai
pasrah
yuna_2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H