Mohon tunggu...
Wahjuni Agustina
Wahjuni Agustina Mohon Tunggu... Guru - Dwija

Semua karena proses memaknai tentang ketulusan dan keikhlasan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kebekuan 2020

16 November 2020   01:15 Diperbarui: 16 November 2020   02:10 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PURNAMA DI SEBERANG PULAU

Pekat malam memeluk resah

basah sisa rinai satu senja

rembulan perlahan menyapa

diantara ketidaksempurnaan biasnya

gemerisik pasir berbisik lirih

larut hanyut diantara jiwa mendamba

purnama goreskan sebait kisah

yang terbuang tanpa rasa

yang terhempas terlindas lara

purnama tuangkan cahaya

nyaris tanpa hangat mendekap

gelombang berayun tanpa nada

sendu merayu dalam pilu

hadirmu jauh tak terengkuh

lesap diantara kabut melingkar

terpaku diri tersandar di tiang dermaga

sekedar memangku rindu bisu

mengharap bias purnama

di seberang pulau

yuna_2020

PEREMPUAN DALAM BEKU

Sepoi lirih membelai seraut wajah

masa tak henti menyapa

helaan nafas kadang tersendat

sepasang netra tajam berbinar

tanpa rasa gentar

menepis terpaan yang mendera

tangan yang selalu siap terulur

merengkuh jiwa jiwa terkasih

langkah yang kadang terseok

menapak tanpa jengah

terabaikan dalam hasrat

dia perempuan dalam beku

terkadang hanya cacian umpatan

singgah menyapa

tak semua bisa mengerti

tak semua bisa menyelami

hanya prasangka senantiasa menghampiri

tanpa peduli air mata yang mengalir

atau kehampaan yang menyelimuti

dia perempuan dalam beku

pemilik kehidupannya sendiri

bukan milik siapa saja

yang doyan menghakimi

yuna_2019

USAI

Sudahi...sudah...

Cukupkan ...cukup

Tak perlu hadirkan pilu

Percuma

Apa yang kau cari

Tempatmu ada disini

Tanpa kamu meminta

Lepaskan ...lepas...

Tanpa tanya mengharu

Jangan kau cegah

Jika kau tak inginkan

Mungkin rindumu

Hanya bait kosong

Tak bermakna

Tak tersirat

Meski mengeja dalam diam

Sudah...sudahi

Rasamu tak menyakitkanku

Cukup...cukupkan

Rasa sakit yang pernah singgah

 Jika tanpa awal

Tak perlu akhir itu

Diammu isyaratkan seru

Usai

Alur abstrak yang tergores

Perlahan mengabur

Aku terima

Tanpa harap sapa

Terajut diantar

Jam pasir tanpa desiran                      

 yuna_2020

JINGGA DALAM BAIT SENDU

Ada yang terlepas diantara sela jari

Ada yang melayang seringan kapas

Tanpa pernah tahu

arah yang pasti tuk mendarat

dan saat kudapati

sebuah rasa damainya menyapa ramah

diantara jiwa nan gamang

aku lemah lemas tiada daya

menyambut hadirmu

ciptakan aroma embun pagi

membelai kegersangan tanpa batas syahdu

dalam pelukan dewi malam

memupus jarak sedalam palung samudera

terbuai risalah hati

yang tak tergoreskan oleh tinta

tak terwujud dalam aksara

terjagaku di antara kaki senja

nuansa jingga memeluk raga

buliran bening menggugah ilusi

kehampaan pun kembali

hasrat memutar masa

 namun tiada kuasa

dan diri masih senantiasa larut

diantara alur tak berpawang

bersama rasa tanpa tutur dan makna

jiwa yang didera senyap

membeku melukis waktu

detik menit jam berlalu bisu

dalam hembusan seirama

resah mendesah basah

tak tahu arah

kehampaan bagai selimut abadi

atas diri yang mengharap arti

mendamba kesejukan

tanpa syarat dan dera

terjagaku tanpa hasrat

senja tak pernah sempurna

biarlah perlahan menjelma

menjadi jingga kelabu

namun hanya satu
biarkan kusandarkan kembali

diantara rengkuh agungMu

meski rindu bagai candu

gugur luluh aksaraku

diantara jemari menari sunyi

biarlah sekadar kisah klasik

syahdu merayu pilu

yuna_2020

TITIP RINDU BUAT ANAK PULAU

ketika  aku rindu sosokmu,

aku cukup menatap laut..

karena disana ada rasaku

 yang berlayar diantara  riaknya, 

laut dan ombak tak kan dapat terpisahkan,

 bahkan meski pantai menolak ombak...

saat lelah akan damba menyapa

 sapuan pasir memberi kehangatan

pada jiwa yang meradang,

 desiran angin dan tarian ombak

pelipur gundah dilara

 akan tanya  tanpa jawab, 

antara kata tanpa aksara...

aku rindu pada wajah dalam bingkai

yang tersenyum menggapai

tanpa pedulikan badai

aku terpekur hancur lebur

terburai tersayat diantara hasrat

yang tergadai

jauh....tanpa tersentuh

remuk rapuh sarat akan keluh

rinduku diantara buih

dan lengkingan camar laut

 disini masih di ruang sunyi

merindumu dalam dekap hampa

memeluk jiwa dalam kegamangan

tetaplah ditempatmu

biarkan aku berlabuh

pada masa tanpa jeda

                                                                                                      yuna_2020

LELAKIKU

 

Ku ingin hadirmu tanpa syarat

Yang melemahkanku

Diantara batas rasa yang kupunya

Sempurnakan aku dalam kurangku

Dekap aku dalam rapuhku

Kau yang entah berpijak dibelahan mana

yang aku tahu

aku bagian tulang rusuk

yang terlepas merambah sepi

Kulantunkan kidung dalam beku

Yang mungkin tak bernada

Ku tak miliki damba meraja

aku enggan meratap

angan tentangmu tak semanis gulali

kuhanya ingin hadirmu

membalutku dalam nyaman

tanpa kiasan yang menjeda

tanpa bilur membiru

menyiksa jiwa lirih

perih meradang gamang

ku ingin engkau

tanpa kisah romansa

yang hadirkan kegamangan

yuna_2020



KECEWA

Tragis..miris ...terlempar samar

diantara kisah harapan

yang penuh hasrat menyayat

hampamu tak kan hilang semalam

ratapmu tak kan pulihkan

sedu sedan dalam bingkai palsu

beginikah saat diri terabaikan

menceracau penuh gundah

meluap rasa tanpa norma

nyeri perih sudahlah pasti

saat intuisi mengarah satu

namun tak jua hiraumu

menyapa kembali

kesal tiada bertepi

menyeruak emosi dalam diri

sudahlah hentikan

jangan dilawan

hayati dan rasakan tetes pilumu

agar hari esok kamu bisa berjanji

 agar lengkung manis di bibirmu

setelah puas menangis semalaman

yuna_2020

BIAS PURNAMA DARI TANAH SEBERANG

Pekat malam memeluk resah

basah sisa rinai satu senja

rembulan perlahan menyapa

diantara ketidaksempurnaan biasnya

gemerisik pasir berbisik lirih

larut hanyut diantara jiwa mendamba

purnama goreskan sebait kisah

yang terbuang tanpa rasa

yang terhempas terlindas lara

purnama tuangkan cahaya

nyaris tanpa hangat mendekap

gelombang berayun tanpa nada

sendu merayu dalam pilu

hadirmu jauh tak terengkuh

lesap diantara kabut melingkar

terpaku diri tersandar di tiang dermaga

sekedar memangku rindu bisu

mengharap bias purnama

di seberang pulau

yuna_2020

SISA KOPI MALAM

pekat mengepul beraroma fantasi

dalam cangkir tua tanpa alas

kucecap panas nuansanya

meresap bangkitkan adrenalin

yang sempat membeku

secangkir kopi

tersentuh dengan  getir

sejatinya tentang rindu menggigil

diantara malam

saat sinarnya satu per satu

undur diri

sunyi...sepi

tanpa celoteh jengkerik

dan sekali lagi kucecap

berusaha resapi

rasa yang kian pahit

seperti yang tersisa

di ruang rindu tanpa celah

andai kau tahu

dan mau tahu

tentang secangkir kopi

yang tersisa separuh

membingkai wajahmu

dalam pekatnya

separuh dalam harap

dengarkan hati  berbisik

auramu senantiasa mengusik

dan akupun masih disini

ditemani jelata kopi

terdiam tak terusik

yuna_2020

PRASANGKA

haruskah seperti ini

rasa tak nyaman menyelimuti

saat kau hadirkan kisah

penuh dengan goresan

yang tak mampu kupahami

meradang garang

diantara celoteh sarat kesombongan

aku terhempas dari lingkaran

yang tak mampu kutembus

dengan logika dan hasratku

nada ironi sayup menghampiri

menyadarkan diri

yang semakin tersisishkan

aku terluka

perih terajam tanpa ampun

membuatku bertanya

menghiba tanpa jawab

terkungkung dalam putaran

asumsi yang menyesatkan

bait prasangka meraja

tanpa kendali

menjajah ruang tanpa penguasa

lemah..tergadai

pasrah

yuna_2020

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun