Ketrampilan metakognisi Mahasiswa dapat dilihat dari hasil nilai SDnya cukup besar, maka ini bearti ketrampilan metakognisi mahasiswa sangat bervariasi, ada yang tinggi ada yang rendah. Sedangkan kemandirian mahasiswa dapat dilihat dari nilai SDnya cukup besar, maka ini bearti kemandirian belajar mahasiswa memiliki kemandirian belajar yang sangat tinggi dan sebagian mahasiswa memiliki kemandirian.
Proses dan Output
       Dalam proses dilakukan analisis penyebab utama dari masalah yaitu lemahnya kemandirian belajar mahasiswa. Dari hasil analisis oraganisasi diketahui bahwa prosedur yang berlaku di universitas beserta implementasinya dan metode pemebelajaran dosen telah mendukung kemandirian mahasiswa, sedangkan fasilitas belajar tersedia saat ini belum sepenuhnya mendukung. Dari hasil analisis orang di ketahui bahwa belum semua mhasiswa memiliki ketrampilan metakognisi yang masih lemah.(Lee,dkk., 2009; Yildiz, dkk., 2009)  Bagi yang sudah memiliki ketrampilan metakognisi yang baik sekalipun, belum semua aspek dikuasai, aspek pengetahuan prosendurel, monitoring, dan evaluasi masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat ditentukan bahwa terdapat kebutuhan baik pelatihan maupun non-pelatihan. Pelatihanpeningkatkan ketrampilan metakognisi dibutuhkan karena ditemukan bahwa mahasiswa kurang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang mendukung kemandirian belajar.
Pengembangan Pelatihan Ketrampilan Metakognisi Bagi Mahasiswa Tahap Desain
Desain pelatihan berdasarkan 9 tahap intruksi Gagne-Briggs Theory(Blanchard dan Thacker, 2004), yaitu;
- Mengarahkan perhatian trainee pada topic pelatihan
- Menyampaikan tujuan-tujuan pelatihan kepada trainee
- Mendorong trainee mengingat pengetahuan yang telah dimiliki berkaitan dengan metakognisi dan kemandirian belajar
- Menyajikan materi
- Trainee berlatih(menunjukkan performa)
- Memberikan feddback
- Menilai hasil latihan
- Mendorong retensi dan transfer/penerapan ketrampilan yang diperoleh dari pelatihan dalam perkuliahan
- Tahap Pengembangan
- Pada tahap pengembangan ini sangat terkait erat dengan tahap sebelumnya, yaitu tahap desain pelatihan yang mengunakan teori dari Gagne-Briggs. Tiap 9 tahap Intruksi Gagne Briggs meliputi pemilihan startegi Intruksional yang paling efektif, kemudian dikembangkan;
- Material Instruksional
- Perlengkapan Instruksioanal
- Manual bagi trainee
- Trainer
- Fasilitas.
Kesimpulan
Hasil penelitihan tahun pertama ini menunjukanan bahwa telah diperoleh;
Instrumen ketrampilan metakognisi dengan reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,770, sebanyak 27 item valid (faktor loading_>0,5)
Instrumen kemandirian belajar dengan realibilitas Alpha Cronbach sebesar 0,839, sebanyak 22 item valid(faktor loanding_>0.5)
Informasi hasil analisis kenutuhan bahwa kebijakan yang terdiri dari 3 aspek, yaitu  (1) hasil analisis organisasi menunujukan bahwa kebijakan Universitas dan metode pembelajaran dosen telah mendukung kemandirian belajar mahasiswa, sedangkan fasilitas belajar yang tersedia belum cukup memadai. Sedangkan (2) hasil analisis tugas menunjukkan bahwa faktor utama di butuhkan dalam kemandirian belajar adalah ketrampilan metakognisi. (3) Hasil analisis orang menunjukkan bahwa rata-rata ketrampilan metagkognisi cukup baik. Sebagian aspek masih kurang dimiliki oleh mahasiswa adalah pengetahuan prosedurel, monitoring, dan evaluasi.
Pada tahap output diperoleh informasi bahwa ada kenutuhan pelatihan untuk meningkatakan ketrampilan metakognisi mahasiswa, dan kebutuhan non pelatihan yaitu meningkatkan fasilitas mahasiswa.