Setelah tamat SMA, ia memutuskan untuk berkuliah di universitas bergengsi di ibukota. Bersyukur nilai akhir yang ia peroleh tidak terlalu buruk. Jadi, ia diizikan untuk berkuliah di universitas yang begitu ia idam-idamkan.
Di titik itulah, kisah baru dimulai. Dengan paksaan teman sejurusannya, Kayesa mengikuti organisasi rohis (kerohanian islam) di kampusnya. Organisasi yang pada awalnya tidak pernah ada dalam planning hidupnya. Namun, tanpa dapat ia duga, paksaan itu menjadi sesuatu yang begitu ia syukuri.
Di organisasi itulah, ia bertemu dengan pria yang saleh luar biasa, namun pedas dalam bertutur kata. Terkenal dingin dan sangat cuek. Namun soal kepintaran, sungguh tidak perlu diragukan lagi. Cerdas lebih tepatnya. Dialah Fathurrahman Asy-Syakiri, si ketua rohis yang terkenal tampan seantero kampus.
Kesan pertama Kayesa bertemu dengan Fathur tidak dapat dikatakan baik. Karena Fathur dengan beraninya mengatai Kayesa perempuan aneh. Dikarenakan Kayesa yang mendaftar sebagai anggota rohis dengan rambut yang masih berkibar dan tanpa ada sehelai kain pun yang menutupi rambut indahnya. Tentu saja Fathur mengatainya aneh. Bagaimana mungkin, seseorang yang memutuskan untuk menjadi anggota rohis, menggunakan pakaian yang sangat tidak islami. Sangat kontras dengan anggota-anggota rohis pada umumnya. Yang dikenal berpakaian syari dan tertutup.
Dan saat itu, tanpa keduanya sadari, Allah telah membisikkan hidayah-Nya kepada Kayesa melalui Fathur. Sejak itulah, Kayesa memutuskan untuk memakai hijab meski belum sempurna. Karena bagaimanapun, seseorang butuh proses untuk keluar dari zona nyaman yang sejak awal merajainya. Segala sesuatu itu butuh proses, tidak ada yang instan. Bahkan, mi yang katanya instan pun, masih harus diproses dahulu sebelum dapat dinikmati.
Hidayah itu benar-benar dia dapati. Hanya butuh dua bulan untuk dia menyempurnakan pakaiannya dengan yang syari. Sangat nikmat. Apalagi setelah dia memutuskan untuk mengikuti organisasi rohis, pengajian kerap dia datangi. Karena memang, rohis tidak terlepas dengan yang namanya kajian islam.
Kayesa telah berubah total dalam hal keimanan. Dia sukses meninggalkan kehidupan suramnya dulu. Bahkan, tidak jarang ia menangis ketika selesai salat tahajud di sepertiga malamnya. Menangisi dosa-dosanya yang dahulu. Terutama dosa pacaran. Karena sudah jelas di Al-Quran bahwa mendekati zina saja sudah dilarang. Dan pacaran adalah salah satu pekerjaan dengan peluang zina terbesar.
Selama kuliah, Kayesa benar-benar menjadi sosok yang berbeda. Dia telah memutuskan untuk mengejar cinta Allah. Karena sebaik-baik cinta adalah cinta yang coba dicapai dari sang khalik.
Dia belajar dari kisah Zulaikha. Yang ketika dia mengejar cinta Yusuf, maka Allah jauhkan Yusuf darinya. Tetapi ketika dia mengharap cinta Allah. Maka dengan sendirinya Allah datangkan Yusuf padanya.
Kisah ini sangat menginspirasinya. Dia tidak pernah lupa untuk mendoakan seseorang yang terbaik untuk menjadi imamnya kelak. Tanpa menyebut nama, karena dia yakin itu hanya akan melukainya jika kelak bukan nama itulah yang menjadi pilihan Allah untuknya. Nama yang sudah dituliskan di lauhul mahfuzh sebelum penciptaan alam semesta.
Hingga kisah yang tak pernah ia duga pun hadir. Seminggu setelah wisudanya digelar, papanya datang dengan membawa kabar yang menurutnya menggembirakan.