Mohon tunggu...
Wachid Hamdan
Wachid Hamdan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Hanya orang biasa yang menekuni dan menikmati hidup dengan santai. Hobi menulis dan bermain musik. Menulis adalah melepaskan lelah dan penat, bermusik adalah pemanis saat menulis kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu, Kartini Keluargaku

22 April 2024   17:13 Diperbarui: 25 April 2024   12:40 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana terasa hangat saat dengan asyik mereka makan bersama. Sambal tempe, oseng kangkung, dan Es Marimas menemani makan siang itu. Meski hanya sederhana, tetapi momen nikmat makan bersama di tengah sawah seolah melebihi makan di restoran mewah. Namun, si gadis beberapa kali mendapati mata ibunya yang berkaca-kaca. Sesekali ia juga melihat ibunya tengah menarik napas dalam.

Si gadis terus memandangi wajah ibunya. Ia terharu dengan semangat wanita yang sudah melahirkannya. Setiap libur mengajar pasti selalu ke sawah. Kebetulan juga sudah memasuki musim tanam padi. Meski beliau adalah seorang guru sekolah, tiada rasa lelah, malu, dan gengsi bila harus bercelemongan lumpur bersama petani lain. Berbeda dengan rekan kerjanya yang lebih memilih berwisata ke taman hiburan.

"Halo, Kak Ara! Kenapa belum di makan itu nasinya?  Ia, ibu tahu kalau wajah ini masih cantik, hehehehe," tegur Ibu Lili yang sadar kalau dari tadi ia tengah di amati anaknya.

"Hehehe, iya bu. Tapi tetep cantikkan Ara dikit," balas Ara sambil menyendok nasi.

"Kak, gimana kuliahnya?"

"Alhamdulillah lancar, bu. Semester depan tidak ada matkul yang perlu diulang. Jadi tinggal fokus skripsi aja."

Ingat ya Kak! Jangan ragu-ragu. Apa pun yang sudah di mulai dan dijalani berarti kamu bertanggung jawab untuk menyelesaikannya dengan tuntas," Tutur ibu sambil menepuk pundak Ara dengan bangga.

***

Bulan sabit kini mengangkasa dengan anggun. Dihiasinya malam dengan pancaran sinar yang bersepuh kerlip gemintang. Di rumah, kini Ara tengah sibuk mengerjakan tugas kuliah ditemani secangkir cokelat panas. Di sebelah kiri, terlihat Alya juga tidak mau kalah dengan kakaknya. Berulang kali ia membaca ulang pelajaran tadi di sekolah. Di gazebo sederhana itu, kedua saudara itu tampak tekun mempersiapkan diri untuk hari esok.  Suara gemericik air yang mengalir di bawah gazebo terasa nyaman dan menenangkan.

"Kak, Ibu kenapa ya selalu menyuruhku belajar bersama kakak?" tanya Alya memecah konsentrasi Ara.

"Bukannya Ibu tidak mau mengajari kamu dik. Tapi Ibu pengen kita berdua bisa saling membantu dan itu semua dimulai dari hal kecil seperti ini," Jawab Ara dengan senyum maniss, yang dibalas Alya dengan anggukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun