Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Untung Fokus dan Setia

2 Agustus 2023   21:17 Diperbarui: 2 Agustus 2023   22:01 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: multimedia.beritajakarta.id

"Di sini kosong, mba?", suara seorang lelaki mengagetkan saya

Saya mengangguk dan kembali memandang ke jendela

Sore itu, sengaja saya memilih bangku yang masih kosong dan duduk dekat jendela, sambil berpikir mencari solusi masalah pekerjaan yang harus diselesaikan minggu ini.

"Mbanya mau kemana?", tanya si lelaki tadi.

"Blok M", jawab saya singkat dan kembali memalingkan muka ke jendela.

"Sama dong!", balas lelaki itu.

 Saya tersenyum tipis, dan kembali melihat ke jendela.

 "Saya tadi diantar polisi, ditunjukan naik bis ini kalau mau ke Blok M", lelaki itu kembali berbicara.

Saya mulai menganalisa orang itu. Logat Jawanya yang medok dan sikapnya menunjukan dia bukan orang Jakarta.

"Memangnya dari mana, Mas?", akhirnya saya menanggapi.

"Tadi saya mau nuker dolar, ada beberapa ribu dolar di tas ini, eh malah diikutin orang. Untung ada polisi!", katanya dengan gerakan hendak membuka tasnya.  

Khawatir dia jadi sasaran perampokan, saya melarangnya, "Gak usah dibuka, nanti ada orang yang lihat!"

Pikiran saya menerka-nerka, mungkinkah dia ini pesuruh yang disuruh menukarkan uang ke money changer?

 "Saya baru nyampe Jakarta tiga hari lalu. Saya tinggal di hotel  ABC, dekat Sarinah", dia mulai bercerita lagi.

"Oh, memangnya asli mana, Mas?", tanya saya lagi. Agak kaget juga karena saya yakin itu bukan hotel murah.

"Saya baru datang dari luar negeri, abis kerja. Makanya saya mau nuker dolar", jawabnya.

Pikiran saya melayang ke artikel di koran Kompas yang baru saya baca hari Minggu lalu. Kisah para TKI dari luar negeri yang saat itu sedang ramai menjadi berita karena sering diperas oleh oknum-oknum petugas di bandara, saat mereka tiba dari luar negeri.

"Hati-hati, Mas", kata saya menasehati.

"Mbanya kerja apa?"

"Komputer", jawab saya sekenanya.

"Saya dulu sekolah hukum"

Jjawaban yang sejujurnya membuat saya mulai curiga. Masalahnya, boleh dikatakan orang ini sama sekali tidak ada potongan orang berpendidikan.  

"Memang dulu sekolah hukumnya dimana?", tanya saya menyelidik.

"Di Jawa", jawabnya tanpa menyebutkan nama sekolahnya.

"Mba aslinya mana?", lanjutnya

"Saya orang Batak!", jawab saya, berharap dengan jawaban itu dia tidak akan berani macam-macam.

"Oh, saya dulu diangkat anak sama orang Batak juga", timpalnya.

 "Kalau orang Batak, berarti Mba nya Kristen ya?", sambungnya lagi

"Iya", jawab saya

"Ibu angkat saya juga Kristen", katanya lagi.

Entah mengapa saya merasa lelaki ini seperti mencocok-cocokan diri dengan saya.

Saya menggosok-gosok hidung karena mencium bau badan yang kurang enak. Entah mengapa baru sekarang keciumnya, setelah ngobrol panjang lebar.

***

Tiba-tiba, bis yang kami tumpangi mogok sehingga kami harus berganti bis. Ah ini kesempatan saya kabur!

Lega rasanya bisa melepaskan diri dari lelaki tadi.

"Ini ke Blok M juga kan, Mba?", tiba-tiba suara itu menyapa lagi. Oalah...lagi-lagi dia sudah duduk di samping saya.

***

"Saya mau nuker di Plaza Senayan. Katanya di sana harga tukarnya bagus. Mba temanin saya ya!", katanya

"Maaf, saya gak bisa!", jawab saya, teringat jadwal sinetron yang rutin saya tonton.

Karena berbagai aktivitas yang saya ikuti, hanya satu hari dalam seminggu saya menonton televisi, yaitu hari Kamis seperti hari ini. Itu pun hanya dari jam 7.30 sampai 8.30 malam.

"Sebentar saja, nanti Mbanya saya kasih seratus dolar", kata lelaki itu.

Saya termasuk orang yang sulit menerima pemberian orang lain secara gratis, dan saat itu otak saya hanya berpikir harus sampai di kost sebelum 7.30 agar tidak ketinggalan jalan cerita sinetron yang terlanjur saya ikuti sejak episode pertama.

"Maaf, saya masih ada keperluan lain!", jawab saya tegas.

Akhirnya bis sampai dan kami turun di pintu masuk  Pasaraya Blok M. Tiba-tiba,  dia meninggalkan tasnya yang katanya berisi ribuan dolar itu di kaki saya, membuat saya tidak bisa lanjut berjalan.

"Titip ya, saya ke ATM dulu", katanya dan langsung berlari.

Waduh, bagaimana ini, kalau tas ini saya tinggalkan, jangan-jangan nanti ada yang mengambil tapi yang diteriaki saya. Mau tidak mau saya harus menunggu orang itu kembali.

"Heran ya, uang gak pernah diambil, tapi bisa habis. Kamu ada uang seratus ribuan gak, saya pinjam dulu", katanya sekembalinya dari ATM. Dia mulai menyapa saya dengan sebutan "kamu".

"Gak ada, saya gak punya uang!", jawab saya dengan nada agak tinggi.

"Kamu kenapa sih?", kata lelaki itu.

"Maaf saya buru-buru", jawab saya. Sambil memberikan tasnya yang katanya berisi ribuan dolar itu, dan melangkah hendak pergi. Namun dia menghalangi.

"Gini...., pacar saya dulu juga orang Batak, sama seperti kamu, jadi..."

"Apa sih?!",saya memotong dan mulai bingung.

"Ya kamu kenapa begini, kalau gak ada apa-apa, yu kita salaman!", jawabnya sambil mengulurkan tangan.

Saya tidak menanggapi uluran tangannya dan langsung pergi,"Maaf saya harus pergi!"

***

Masih jam 7. Mudah-mudahan tidak ketinggalan sinetron. Tanpa pikir panjang, saya menyetop taxi dan langsung naik.

"Ke Mampang , ya Pak!"

Akhirnya  sampai di kost jam 7.30, masuk kamar, dan langsung menyalakan TV.

Rose, penghuni kamar seberang masuk, dan menyapa,"Nonton apaan?"

Kami pun fokus menonton. Di tengah-tengah iklan, saya menceritakan kejadian bertemu lelaki aneh tadi.

"Untung gak salaman, bisa dihipnotis lho!", kata Rose

Untung fokus dan setia, walau ke jadwal nonton sinetron!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun