"Tadi saya mau nuker dolar, ada beberapa ribu dolar di tas ini, eh malah diikutin orang. Untung ada polisi!", katanya dengan gerakan hendak membuka tasnya. Â
Khawatir dia jadi sasaran perampokan, saya melarangnya, "Gak usah dibuka, nanti ada orang yang lihat!"
Pikiran saya menerka-nerka, mungkinkah dia ini pesuruh yang disuruh menukarkan uang ke money changer?
 "Saya baru nyampe Jakarta tiga hari lalu. Saya tinggal di hotel  ABC, dekat Sarinah", dia mulai bercerita lagi.
"Oh, memangnya asli mana, Mas?", tanya saya lagi. Agak kaget juga karena saya yakin itu bukan hotel murah.
"Saya baru datang dari luar negeri, abis kerja. Makanya saya mau nuker dolar", jawabnya.
Pikiran saya melayang ke artikel di koran Kompas yang baru saya baca hari Minggu lalu. Kisah para TKI dari luar negeri yang saat itu sedang ramai menjadi berita karena sering diperas oleh oknum-oknum petugas di bandara, saat mereka tiba dari luar negeri.
"Hati-hati, Mas", kata saya menasehati.
"Mbanya kerja apa?"
"Komputer", jawab saya sekenanya.
"Saya dulu sekolah hukum"