“Perhatikan dan jangan pernah berkedip!”
Sesaat setelah dia berseru, dilemparkannya kartu-kartu itu ke udara, dan terus terbang seperti kupu-kupu, hinggap sebentar di bahu seorang tukang becak, mengecup dahi bocah yang kagum benar dengan rajanya, dan mengelus kepala gadis-gadis yang terpana; lalu kupu-kupu kartu itu terbang terus ke langit.
Beberapa kejap kemudian, mendung datang, tanpa petir. Orang-orang menganga, sebab yang turun sebagai gerimis, lalu diikuti rintik dan gemuruh, adalah hujan kartu, persis seperti yang dilemparkan keudara oleh sang raja, lalu menjadi kupu-kupu!
*
Orang-orang yang berkumpul di sekitar istana begitu terpana, tapi lantas seperti ada yang meriapi jiwa mereka; sang raja terus melanjutkan mantranya yang misterius:
“Akan kuciptakan hujan yang indah sekali. Yang setelahnya, kita akan menari bersama pelangi, yang setelahnya kita akan dibanjiri dengan harapan dan doa-doa bahagia, oh, laut kita tak akan mati, meski kita timbun dengan berton-ton beton, meski kita gali agar makin dalam, oh, orang-orang tertindas, tindaslah siapa saja dan menarilah dengan gembira, akan kuciptakan hujan bagi negeri yang kering tetapi dibanjiri ini….”
Seperti orang yang birahinya dirangsang oleh kekuatan misterius, orang-orang itu menari, lalu berkejaran seperti anak kecil yang bermain gelembung, tetapi mereka mengejar-ngejar kartu yang menjadi kupu-kupu.
Halaman istana yang indah berubah menjadi hujan kupu-kupu, ya; Si Pesulap Agung, Sang Raja, kini menurunkan keajaiban dari segala keajaiban, mukjizat dari segala mukjizat, hujan kupu-kupu. Yang begitu indah, sampai membuat anak-anak kecil riang menari dan mendadak bisa bicara, membuat orang-orang dewasa berlarian seperti bayi menemukan cara berlari yang menyenangkan, hujan yang membuat sepasang kekasih mengeratkan pelukannya, karena kupu-kupu itu terbang begitu syahdunya. Kupu-kupu itu hinggap sekenanya di tembok cina tepat di depan istana, hinggap di gerbangnya yang besar, dan hinggap di tangan orang-orang yang terus seperti sufi yang mabuk: menari-nari, dan seperti menemukan Tuhannya yang sejati dalam tarian memabukkan itu; tarian anggur, dengan kupu-kupu beterbangan di udara. seolah-olah makrifat ditemukan kembali dalam sahara yang begitu panas dan menusuk dada.
Di tengah pesta hujan kupu-kupu itu, tanpa sadar, Sang Raja kembali bermain sulap angka. Seiring hujan yang makin lama makin deras, harga-harga barang naik terus meninggi. Semakin deras, semakin hebat kenaikannya. Sampai orang-orang kikuk, semua orang heboh sekali; , angkot seribu perkilo, taksi sepuluh ribu perkilo, ikan asin seratus ribu perkilo, semua yang angka naik, semua yang harga tumbuh tak terkendali, dan orang-orang ada yang heboh, ada yang pura-pura bahagia hujan-hujanan kupu-kupu dari kartu, sementara pasukan kerajaan yang berjaga di gerbang istana berulang-ulang memukuli orang-orang yang sadar dari kegilaan, dan membuatnya kembali percaya bahwa kenyataan adalah kefanaan, dan kefanaan adalah kenyataan yang musti diterima dengan akal sehat sebagai kebenaran!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H