“Nunggu apalagi, ayo kita jalan” ajakku.
Kami semuanya memulai jalan kaki, memasuki gapura indah nan mistis penuh sesajen dan wangi kemenyan. Bayu berjalan memimpin barisan di depan, di susul Andri dan bilqis yang berjalan berdampingan.
Sedangkan Yayuk yang lemas di papah Fida di belakang Andri dan Bilqis. Sementara aku berjalan di belakang sendiri menjaga barisan agar bisa sigap ketika ada salah satu dari mereka membutuhkan bantuan.
“Jauh gak Ian?” tanya Fida sambil menoleh ke arahku.
“Aku sendiri gak tahu Fid” jawabku.
“Kasihan Yayuk, udah lemas sekali badannya” sahut Fida.
Mendengar itu, aku menambah laju langkah kaki, berjalan menyusul Fida dan Yayuk untuk membantu memapah.
“Sabar Yuk, mungkin sebentar lagi nyampek” ucapku sambil menyodorkan botol air minum.
Yayuk tersenyum ke arahku sambil tangannya menerima botol air minum itu.
“Makasi”.
“Aku mana Ian?”.