Mohon tunggu...
Vira Santisya Azahra
Vira Santisya Azahra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 2

It's an immpossibility to be perfect but it's possible to do the best

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sang Orator dari Tanah Pahlawan

21 November 2021   12:56 Diperbarui: 21 November 2021   13:46 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Romo yang mendengar ucapan ku menganggukan kepala nya pelan, mungkin ia juga setuju dengan pendapatku barusan. Terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya ayah yang duduk di sebelahku berdehem pelan membuka suara.

     "Kenapa kalian tidak menyiarkan nya menggunakan bahasa Jawa? Seolah-olah sedang menyiarkan radio biasa? Jikalau tentara Jepang mendeteksinya pun mereka pasti akan mengira itu siaran biasa"

     Aku dan Romo yang mendengar saran ayah reflek bertatapan, ya ampun kenapa kami tidak kepikiran cara yang satu ini. Dengan sigap Romo buru-buru bangkit dari kursi sambil menenteng tas yang ia bawa.

     "Ayo Tomo! Kita beritahukan ini sekarang kepada rakyat. Paman, terima kasih atas saran mu" ucapnya seraya menatap ayahku sambil tersenyum, mungkin bangga dengan ide cemerlang yang ayahku lontarkan.

     Kami tiba di lokasi siaran, degup jantung yang berpacu cepat tidak bisa kami hindari. Kami sangat senang sekaligus tegang akan menyampaikan berita ini kepada rakyat, semoga ini adalah awal yang baik untuk membebaskan negeri ini sepenuhnya dari para penjajah.

                                                                                                                        ~~~

     Merdeka bukan berarti kami bebas dari ancaman musuh, beberapa bulan setelah proklamasi resmi dibacakan, Inggris kembali berulah, mereka awalnya membuat kesepakatan dengan bangsa kami, oleh karena itu kami memperkenankan tentara inggris  memasuki kota Surabaya, tapi dengan syarat hanya objek yang sesuai dengan tugasnya yang boleh di duduki, seperti kamp-kamp tawanan. Tetapi pada akhirnya mereka mengingkari kesepakatan yang telah kami buat.

     26 Oktober 1945, tepat satu hari setelahnya, satu pleton field security section di bawah pimpinan Kapten Shawa bersama teman -- temannya melakukan penyerangan ke Penjara Kalisosok untuk membebaskan kolonel Huiyer yang merupakan seorang Kolonel Angkatan Laut Belanda. Tidak hanya itu, tindakan yang dilakukan Inggris selanjutnya adalah dengan menduduki Pangkalan Udara Morokrembangan, Pelabuhan Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Bank Internasional dan objek vital lainnya.

     Keesokan harinya tepat pukul 11 siang pesawat terbang milik Inggris menyebarkan pamflet yang berisi perintah agar kami, rakyat Surabaya menyerahkan senjata yang dirampasnya dari tangan Jepang, karena sebelumnya kami memang melucuti senjata para tentara Jepang. Hal ini menghilangkan kepercayaan kami terhadap Inggris dan hari itu juga terjadi kontak senjata yang pertama antara kami sebagai para pemuda dengan pihak Inggris, kontak senjata itu akhirnya meluas sehingga terjadi pertempuran dengan Inggris selama 3 hari yaitu pada tanggal 28 sampai 30 Oktober 1945, dalam pertempuran itu pasukan sekutu dapat dipukul mundur dan bahkan hampir dapat dihancurkan oleh pasukan kami.

     Beberapa objek vital yang sebelumnya diduduki oleh pemerintah Inggris berhasil direbut kembali oleh kami, bahkan pemimpin pasukan sekutu yaitu Brigadir Jendral A.W.S Mallaby berhasil ditawan oleh kami para pemuda. Melihat kenyataan bahwa pemimpin nya berhasil ditawan oleh kami, komandan pasukan sekutu menghubungi Presiden Soekarno untuk mendamaikan perselisihan antara kami dengan pasukan Inggris. Hari itu juga, Presiden Soekarno, Hatta, dan Amir Syarifuddin datang ke Surabaya untuk mendamaikan perselisihan. Perdamaian memang berhasil dicapai, tapi sekembalinya Presiden Soekarno dan rombongan ke Jakarta, pertempuran kembali terjadi dan menewaskan pemimpin mereka yaitu Jendral A.W. S Mallaby, kejadian itu memancing amarah pemerintah Inggris yang kemudian meminta bantuan kepada Devisi V yang dipimpin oleh Mayor Jendral Mansergh.

     Maka pada tanggal 9 November 1945 Inggris dibawah pimpinan Jendral Mansergh mengeluarkan ultimatum yang berisi ancaman akan menggempur kota Surabaya dari darat, laut, dan udara apabila orang-orang Surabaya tidak menaati perintah mereka. Inggris juga mengeluarkan instruksi yang isinya menyatakan bahwa semua pimpinan bangsa Indonesia dan para pemuda Surabaya harus datang selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945 pukul 6 pagi di tempat yang telah ditentukan, kami juga harus datang dengan tangan kosong diatas kepala dan kemudian menandatangani dokumen sebagai tanda bahwa kami menyerah tanpa syarat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun