Mohon tunggu...
Vira Santisya Azahra
Vira Santisya Azahra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 2

It's an immpossibility to be perfect but it's possible to do the best

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sang Orator dari Tanah Pahlawan

21 November 2021   12:56 Diperbarui: 21 November 2021   13:46 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Menikmati teh hangat sambil melihat indahnya langit malam di tengah dingin nya udara seperti sekarang ini benar-benar perpaduan yang sempurna. Teras belakang rumah benar-benar menjadi tempat favorit ku ketika memiliki waktu senggang, menghindari kesibukan selama beberapa hari membuat tubuh dan pikiranku kembali segar, jika tau efeknya bisa sebesar ini sudah dari jauh-jauh hari aku akan meminta cuti kepada atasanku. Di tengah-tengah keheningan yang melanda tiba-tiba aku mendengar suara pintu yang di ketuk secara terburu-buru bersamaan dengan ayah yang tergesa-gesa bangun dari kursi untuk membuka pintu utama.

     Terlihat sosok jangkung dengan badan yang sedikit berisi beserta rambutnya yang kelimis berada di depan pintu rumahku dengan kedua tangan yang bertumpu pada kedua lutut nya, dia adalah Romo Bintari wartawan senior di tempat ku bekerja. Ayah mempersilahkan nya untuk masuk dan dengan cekatan ibu memberikan nya segelas air putih, ia langsung menenggak nya sampai habis kemudian menatapku.

     "Ada kabar bagus Tomo" ucapnya kepadaku, masih dengan nafas yang sedikit tersengal.

     "Kabar apa?"

     "Kita sudah resmi merdeka tadi siang!" katanya dengan mata yang berbinar.

     Aku yang masih tidak mengerti hanya bisa mengerutkan keningku, "Merdeka? Maksudmu?"

     "Bung Karno dan Bung Hatta sudah memproklamasikan kemerdekaan kita tadi siang! Sekarang Indonesia sudah merdeka!" Romo menjawab dengan semangat yang menggebu.

     Akses informasi di zaman ini memang masih lambat, sehingga wajar saja baru sampai saat tengah malam begini. Apalagi jarak antara Jakarta -- Surabaya yang lumayan jauh serta kendala transportasi yang menjadi alasan mengapa informasi didapat selambat ini.

     "Kita harus menyiarkan berita ini kepada rakyat Surabaya" lanjutnya masih dengan senyum yang merekah di kedua sudut bibirnya.

     Aku yang mendengar usul Romo terdiam sejenak, aku tidak mau gegabah, bukannya aku tidak mau memberitahukan kabar baik ini kepada rakyat, aku hanya takut tentara Jepang bisa mendeteksi jika kami menyiarkan ini lewat radio.

     "Tapi Romo, apa tidak berbahaya jika kita menyiarkan ini? maksudku walaupun sekarang tidak ada tentara Jepang di negara kita, aku khawatir mereka bisa mendeteksi nya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun