Pemakaian Bahasa Pribumi
Pemakaian bahasa pribumi menjadi hal baru yang disuguhkan dalam Sacrosanctum Consilium. Ini merupakan hal yang terpenting dari pembaharuan liturgi. Dasar mengapa hal ini begitu penting dalam liturgi karena mutlak melibatkan umat secara aktif dalam liturgi. Setelah mengetahui bahwa pemakaian bahasa pribumi sangat penting untuk kehidupan umat beriman (SC 36), selanjutnya memberi norma-norma tetap untuk mengatur masing-masing hal seperti misa, untuk sakramen-sakramen pada umumnya, dan untuk Ibadat Harian (SC 54, 63, 101).
Â
Penyesuaian dan Liturgi
Liturgi merupakan ibadat Umat Allah. Oleh karena itu, tidak seharusnya ada yang menghalang-halangi keikutsertaan aktif umat beriman yang berasal dari berbagai macam budaya yang berbeda. Dengan demikian Sacrosantum Consilium menyediakan tempat untuk perbedaan dan penyesuaian terhadap kelompok etnis, daerah, penduduk, dan khususnya di tanah-tanah misi (SC 37). Ini menunjukkan keseriusan Konsili Vatikan II untuk mengembalikan hakekat liturgi kepada umat. Umat beriman menjadi pelaku utama yang harus aktif dalam kehidupan liturgis.
Pendasaran Teologis -- Partisipasi Aktif Dalam Liturgi Ekaristi
Pembaptisan merupakan dasar teologis bagi seorang Kristen untuk berpartisipasi aktif dalam liturgi Ekaristi. Pembaptisan menjadi lambang bagi umat beriman untuk mengemban tanggungjawab dan berkewajiban untuk terlibat aktif dalam setiap usaha pengembangan dan pembangunan Gereja; dalam tindakan ritual liturgis maupun dalam tindakan fisik lainnya.
Dasar yang paling konkret partisipasi umat dalam liturgi ialah Ekaristi. Ekaristi menjadi puncak seluruh perayaan yang ada dalam Gereja sebab seluruh misteri iman terungkap di dalamnya (wafat dan sengsara Kristus dikenangkan kembali). Ekaristi merupakan perayaan iman seluruh umat beriman dan menjadi tanda persekutuan yang di mana setiap umat harus terlibat aktif secara penuh di dalamnya.
Â
Dasar Teologis
Pembaptisan