Mohon tunggu...
TJAK LAN
TJAK LAN Mohon Tunggu... lainnya -

perajin tata letak + cerpen + puisi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Drama Dalam Segelas Chocolate Parfait

23 Januari 2016   07:52 Diperbarui: 23 Januari 2016   09:46 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jawabannya tidak begitu mengejutkanku. Seingatku, dulu ia sempat menyinggung bahwa orang tuanya menginginkannya jadi arsitek. Ia tidak pernah menyukainya, namun berusaha menyelesaikan kuliahnya. Ia bercerita, tak butuh waktu lama baginya untuk membelot dari disiplin ilmu yang ia pelajari dengan terpaksa selama kuliah. Meskipun awalnya ia harus berhadapan dengan penolakan orang tuanya, usaha kecilnya terus berjalan. Kini, bersama seorang kawannya ia memiliki sebuah clothing line yang mulai dikenal di beberapa kota besar.

“Ini salah satu contohnya. Maaf, promo sedikit,” katanya memamerkan t-shirt warna turquoise yang melekat pantas di tubuhnya. “Kami juga punya yang couple series. Aku pilihkan yang cocok buat oleh-oleh nanti. Lumayan, buat romantis-romantisan dengan yang di rumah. Mohon jangan menolak.”

Aku tahu, di dunia ini banyak hal telah dilakukan orang-orang untuk memerbaiki keadaan. Mungkin dengan makan malam romantis, atau menyewa sebuah kamar yang menghadap ke pantai di sebuah resort yang hanya ada di pulau yang jauh. Tapi tak pernah ada yang bisa kau lakukan. Padahal kau bisa melakukan hal lainnya yang lebih sederhana, misalnya memesan sepasang kaos couple series di toko online. Lantas, ketika kau mulai berpikir untuk melakukannya, sesuatu telah terjadi. Rumah dan seisinya mulai mencurigakan. Di ranjang, di kamar mandi, di dapur, di halaman, pasanganmu membawa aroma yang bukan aroma tubuh yang kau kenal. Kau tidak akan pernah percaya telah menemukan aroma tubuh perempuan lain, jika saja kau sendiri tak memergokinya di suatu tempat. Pada puncaknya, setiap kata yang kau ucapkan adalah kesalahan. Akhirnya, kau harus menyewa seorang pengacara yang bisa membantumu untuk berpisah dengan pasanganmu.

Faktanya, itulah yang sedang terjadi padaku. Tentu saja, ia tidak tahu. Lihat saja, ia tampak begitu menikmati menu kesukaannya yang membuat sesuatu dalam diriku terasa berdesir itu. Chocolate parfait; kenapa kalian memiliki kesukaan yang sama?

“Boleh. Jangan sampai lupa,ya. Akan kutagih oleh-oleh itu nanti,” kataku.

“Kira-kira kapan pulangnya?”

Aku hanya mengangkat bahu, karena aku memang tidak tahu sampai kapan darurat asap yang menganggu penerbangan itu akan berakhir.

Kami meneruskan obrolan sore itu. Kami mengobrol tentang hal-hal lain di luar pekerjaan dan persoalan keluarga. Sebenarnya ia yang lebih banyak berbicara. Dia menceritakan padaku tempat-tempat menarik yang perlu kukunjungi suatu hari nanti. Aku mendengarkannya dengan tekun. Aku sering dibuatnya tertawa ketika ia menceritakan hal-hal yang lucu. Aku pasti salah jika sejauh ini mengira bahwa dia orang yang pendiam. Entahlah, yang pasti, hari itu ia telah menjadi penunjuk jalan yang baik sekaligus laki-laki yang menyenangkan untuk diajak bersekongkol membunuh waktu.

Kami berpisah di depan lobi hotel. Jika penerbangan masih tertunda, ia berjanji besok akan menemaniku jalan-jalan. Mungkin kami akan mengunjungi tempat yang lain, atau kembali ke restoran tua itu.

***

Dari berita pagi yang kulihat di TV, penerbangan masih ditunda lagi. Sorenya, ia menjemputku dengan mobil tuanya, dan kami kembali ke restoran tua itu lagi. Kami sepakat begitu saja. Termasuk, ketika memilih tempat dan menu yang sama seperti kemarin. Ketika kami menyadari itu, kami pun tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun