"Untuk apa bersikap baik padahal kau tahu sendiri seperti apa Siya," sanggah Ridan.
      "Tapi Mawe baik dan ramah, kepadanyalah aku memberi hormat dan duka."
      Ridan dan Jani mengangguk maklum. Keduanya terdiam sementara Ridan memesan makanan dari warung dan membayar.
      "Kapan kau akan ke sana?" tegur Jani pada Tuar.
      "Mungkin nanti sore atau malam. Bersama istriku, Etona."
      "Kau yakin akan ke sana?" tanya Ridan.
      "Ya. Kenapa?"
      "Bagaimana kalau hanya kalian berdua yang datang ke sana? Tak ada orang lain yang melayat atau ikut mengucapkan duka, masih yakinkah kau untuk pergi?"
      Tuar terdiam dan berpikir lalu mengangkat bahu dan berucap, "Entahlah, lihat saja nanti. Akan kukatakan pada Etona dan kami putuskan bersama."
      "Beri kabar kalau kau tetap datang ke sana. Mungkin Mawe bisa cerita lebih banyak penyebab kematian Siya," kata Ridan.
      "Kenapa tidak kau tanyakan sendiri?"