Mohon tunggu...
Verrani Andini
Verrani Andini Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel "Remember When"

27 Februari 2018   19:52 Diperbarui: 27 Februari 2018   20:03 4162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku gemas sekaligus serbasalah melihatnya. Dia tampak tenang, tetapi aku tahu dalam lubuk hatinya dia pasti menyimpan seribu satu emosi yang enggan diluapkannya padaku, dan aku khawatir akan melukainya kalau bertanya. Kian hari, dia makin cuek dengan dirinya sendiri, tenggelam dalam kepura-puraan yang diciptakannya, seperti sekarang ini." (halaman 70)

Kutipan di atas merupakan sudut pandang Anggia. Anggia yang mencoba untuk mengerti dan memahami Adrian, namun ia serba salah melihatnya.

"Anggia nggak akan ngertin bahwa dengan kepergian Nyokap, semuanya berubah. Anggia nggak ngerti bahwa gue butuh waktu untuk diri gue sendiri, untuk menyembuhkan diri, walau nggak mingkin seratus persen. Yang dia paham dan harapkan dari gue adalah, pelan-pelan gue akan mengatasi kesedihan ini dan kembali ke diri gue yang dulu. Raut wajahnya bilang dia ingin gue begitu. Jadi, gue lbih sering berpura-pura nggak terjadi apa-apa." (halaman 80)

 

Kutipan tersebut merupakan sudut pandang Adrian. Saat itu Adrian menganggap bahwa Anggia tidak akan mengerti tentang apa yang Adrian rasakan.

"Ketika kami diperkenalkan, aku menjabat tangannya yang dingin dengan tegas dan menyebutkan nama lengkap, seperti yang selalu kulakukan. Jabatan gadis itu tidak sekuat aku, dan ia menyebut namanya dengan lirih. Freya. Begitu saja, tanpa embel-embel. Namanya sesederhana orangnya, dengan potongan rambut hitam yang mencapai bahu serta kacamata baca berbingkai hitam yang sering meninggalkan bekas pada pangkal hidungnya. Dia tampak rapi dalam seragam barunya yang bersih, tetapi sepatu putihnya terlihat sudah usang." (halaman 2)

Kutipan tersebut merupakan sudut pandang Moses. Dimana pada saat itu Moses dan Freya berkenalan.

Winna Efendi mendapatkan ide untuk menulis novel ini dari inspirasi lamanya, di awal tahun 2007. Winna Efendi, wanita yang gemar menulis dan membaca, menyukai lagu -- lagu mellow, makanan manis dan menyukai warna putih ini lahir tahun 1986 dan berzodiak Capricorn. Dia menghabiskan sebagian masa kecil di kuala Lumpur dan Brisbane, dan kini menetap di Jakarta.
Novel-novel lain karya Winna Efendi yang telah diterbitkan : Kenangan Abu-Abu (2008), Ai (2009), Refrain (2009), Glam Girls Unbelievable (2009), Remember When (2011), Unforgettable (2012), Truth or Dare (2012).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun