Malam itu, agak mendung. Hampir pukul sebelas malam ketika aku mendengar telepon rumah berbunyi. Ayah dan Ibu sudah tidur, jadi aku bergegas menyibakkan selimut dan berlari ke ruang keluarga untuk meraih telepon di atas meja.
Â
"Halo." Suaraku serak menahan kantuk. Siapa sih yang menelepon malam-malam begini?
Â
"Freya?" Suara Anggia terputus-putus, samar, tetapi aku dapat menangkap panik di suaranya yang jarang kudengar.
Â
"Ada apa, Nggi?" (halaman 56)
Kutipan di atas menceritakan dimana malam itu adalah saat Anggia menelpon Freya untuk  mengabari bahwa Mama Adrian telah meninggal.
Novel ini memiliki empat sudut pandang. Winna memakai sudut pandang orang pertama dari tiap tokoh yang terlibat. Empat sudut pandang yang terdapat dalam novel ini adalah sudut pandang Freya, Anggia, Adrian, dan Moses.
"Pacaran dengan Moses seperti berteman dengan ketua kelas yang perhatiannya lebih tercurah pada urusan sekolah. Sebenarnya, Moses punya banyak teman, tetapi sikapnya yang serius cenderung dingin hampir sama parahnya dengan sifatku yang alergi pada segala bentuk interaksi sosial. Aku memang dari sananya pendiam, dan sering kali kesulitan membuka pembicaraan, sedangkan Moses terlalu sibuk dalam urusannya sendiri sehingga kadang aku merasa tidak diacuhkan. Kasat mata. Tidak terlihat." (halaman 31)
Kutipan di atas merupakan sudut pandang Freya. Freya yang sedang berpikir bahwa perhatian Moses yang lebih tercurah pada urusan sekolah.