“Sayangnya, aku tidak tega. Berterima kasihlah.” Tangan Taja menepuk dada Ramshad. “Ayo kita pulang. Semalaman aku belum makan.”
Ramshad mengikuti langkah Taja dengan hati penuh syukur. Di balik segala silang pendapat, terselip kerinduan andai peristiwa buruk itu memang terjadi dan ia takkan segan memancung kepala sang jenderal dengan tangannya sendiri.
Bahkan di kedai makan, Ramshad tetap tenang ketika Taja menceritakan ulahnya membuat makam di depan anak buahnya. Mereka tergelak sembari menikmati hidangan pagi. Pria itu hanya tersenyum menjadi bahan candaan. Situasi ini jauh lebih baik ketimbang kehilangan Taja untuk selamanya. Puas tertawa, Taja kembali duduk untuk meneguk teh hangat kesukaannya. Ramshad menatap wanita itu lekat dan beralih saat pandangan mereka bertemu.
“Jadi kau sengaja menahan lapar demi semua ini?” tanyanya, mendapati refleksi wajahnya sendiri pada permukaan minumannya.
“Tidak. Aku hanya ingin makan bersamamu. Mentertawakanmu adalah bonus,” jawab Taja seenaknya.
“Bagus untuk kesehatan mental.”
“Ya. Beberapa dari mereka melihat aku jatuh. Sungguh tak kusangka, mereka tulus menyambut ketika aku kembali. Karena itulah, aku tidak mau setengah-setengah membela negeri ini.”
“Bahkan merelakan Rhoden?” selidik Ramshad. Pancingannya berhasil, alis wanita itu berkerut.
“Pertanyaan yang sama juga tertuju padamu. Sudahkah kau melupakan Kamshir? Sebuah desa di Distrik Arzhan, Shiraz, Provinsi Fars?” Taja berpura-pura menyeruput tehnya sembari melirik pria di depannya yang mulai gelisah. “Aku sudah tahu semua tentangmu. Jangan tanya dari siapa atau dari mana. Anggap saja, bagian dari layanan eksklusif setelah aku diangkat menjadi panglima. Masalahnya, kita punya pertanyaan sama yang akan sulit dijawab. Apakah kita akan mengabdi di sini selamanya?”
“Setidaknya aku pernah menikah dengan wanita Eyn.”
“Setengah keturunan Eyn!” tukas Taja cepat. “Pernikahan palsu karena rasa kasihan dan wanita itu memanfaatkanmu agar bisa leluasa menemui kekasihnya yang ternyata adalah tentara musuh, atau aku harus menjelaskan lagi lebih rinci?” Suara Taja pelan berbisik namun bernada galak.