Mohon tunggu...
Vera Damayanti
Vera Damayanti Mohon Tunggu... Novelis - Novelis Digital

Hanya seorang penulis dalam dunia digital yang ingin berbagi imajinasi dan inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Legionnaire : Battle of The Heart #1

4 Januari 2025   06:39 Diperbarui: 6 Januari 2025   04:32 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramshad Ali and Taja (Source : two characters and background are generated by Meta AI, cover edited by Vera Damayanti)

Dante beranjak pergi.

Apapun anggapan raja kepadanya, Ramshad tahu persis perasaannya. Ada sesuatu yang hilang di sana. Kehilangan Taja adalah pukulan terbesar dalam hidupnya namun menyembunyikan duka itu dan terus berpura-pura adalah jalan terbaik. Semua orang yang berdarah pejuang tentu tidak mengenal air mata, tapi kali ini terasa berbeda. Tiba-tiba dadanya sesak. Menolak berlarut-larut dalam kesedihan, ia pun pergi meninggalkan tempat itu setelah mengucapkan salam perpisahan terakhirnya, “Selamat tinggal, Taja.”

Berjalan bak pria patah hati, Ramshad berusaha menguatkan diri. Namun demikian, kepalanya kembali tegak ketika padang pertempuran telah sepi. Rupanya sang raja usai melampiaskan murka pada pasukan musuh. Dante menunggunya nun jauh di sana seraya memberi tanda agar Ramshad segera bergabung dengan pasukan. Bergegas, siulannya memanggil kuda jantan kesayangan Taja, Ramshi atau singkatan dari Ramshad Ali. Setiap kali teringat olokan Taja memanggil kudanya dengan nama yang sengaja mirip dengan namanya, Ramshad menarik garis senyum di bibirnya. Tak lama kuda itu datang dan mengizinkan pemilik baru naik ke atas punggungnya.

“Kau bersamaku sekarang, Ramshi. Heaaa!” Lantang dihelanya kuda hitam kelam yang terlihat kontras dengan zirah Taja yang serba putih. Kini, bersama Ramshad Ali, kegagahan kuda itu pun semakin terungkap jelas, bersatu dengan pasukan raja, meninggalkan padang pertempuran yang menjadi saksi bisu kebodohan seorang jenderal perang negeri seberang sekaligus pengorbanan panglima perang negeri Eyn. Taja.

Sunyi melenggang tanpa kata, mengiringi sebaris bongkahan batu di depannya kala ia tiba di sana. Fajar baru saja meninggalkan peraduan ketika Ramshad menginjakkan kaki di dasar jurang yang ketinggiannya telah berkurang akibat aksi Taja kemarin. Tangannya tanpa sadar bergerak mencoba mengendalikan irama jantung yang kian cepat, andai ia bisa menggenggamnya. Teringat nama itu, membayangkan jenazah Taja masih terkubur di antara tumpukan batu, jauh di bawah sana, hati Ramshad terluka. Terlalu sulit memaafkan diri sendiri hingga batinnya kacau. Bayangan Taja selalu mencegahnya terlelap. Sebab itu, ia memutuskan meletakkan batu nisan di tempat ia berdiri.

Tanpa menunda waktu, kedua tangannya cekatan menyusun beberapa batu dengan ukuran hampir sama dan membentuk persegi. Terakhir, meletakkan batu nisan sederhana yang sempat dibelinya dari seorang pedagang. Alis pedagang itu naik saat Ramshad mengetuk rumahnya pagi buta.

“Kau terima pesanku?” tanya Ramshad, menyeruak masuk ke toko yang belum buka, mencegah siapapun melihatnya membeli sebuah nisan.

Pemilik toko mengangguk.

“Ambilkan saja benda itu, tak usah banyak tanya!”

Maka batu nisan tak bernama itu telah tertanam di sana, pada bagian ujung ‘makam’ Taja. Setidaknya, hanya itu yang bisa dilakukan Ramshad untuk sahabatnya.

“Makam yang bagus, tapi kurang estetis,” cemooh seseorang di belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun