Mohon tunggu...
Inovasi

Ada Apa dengan Iklan Djarum 76 "Kontes Jin" ?

19 Juli 2018   16:39 Diperbarui: 19 Juli 2018   17:04 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pragmatik yang merupakan prinsip-prinsip penggunaan bahasa, belum banyak diketahui oleh sebagian besar pemakai bahasa Indonesia, khususnya oleh para mahasiswa dan guru bahasa Indonesia. Untuk itu, diperlukan pembahasan khusus mengenai penjelasan tentang topik-topik yang berhubungan dengan pragmatik. Pengetahuan, pengertian, dan pemahaman tentang pragmatik sangat penting bagi seseorang, khususnya bagi mahasiswa dan guru bahasa Indonesia.

Pragmatik berhubungan dengan wacana melalui bahasa dan konteks. Sebagai suatu cabang ilmu bahasa, pragmatik memiliki kajian atau bidang telaahan tertentu. Ada empat kajian pragmatik, yaitu: (1) deiksis, (2) praangapan, (2) tindak ujaran, dan (4) implikatur percakapan.

Sebuah implikatur merupakan sebuah proposisi (maksud) yang diimplikasikan melalui ujaran dari sebuah kalimat dalam satu konteks, sekalipun proposisi itu sendiri bukan suatu bagian dari hal yang dinyatakan sebelumnya. Dalam suatu komunikasi, di dalamnya dapat dipastikan akan terjadi suatu percakapan. Percakapan yang terjadi antar penutur sering kali mengandung maksud-maksud tertentu yang berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan. Dalam kondisi tersebut suatu penggunaan bahasa sering kali mempunyai maksud-maksud yang tersembunyi di balik penggunaan bahasa secara struktural. Pada kondisi seperti itulah suatu kajian implikatur percakapan mempunyai peran yang tepat untuk mengkaji suatu penggunaan bahasa.


Salah satu bagian dari kajian pragmatik adalah implikatur percakapan. Dalam suatu komunikasi, di dalamnya dapat dipastikan akan terjadi suatu percakapan. Percakapan yang terjadi antar pelibat sering kali mengandung maksud-maksud tertentu yang berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan. Dalam kondisi tersebut suatu penggunaan bahasa sering kali mempunyai maksud-maksud yang tersembunyi di balik penggunaan bahasa secara struktural. Pada kondisi seperti itulah suatu kajian implikatur percakapan mempunyai peran yang tepat untuk mengkaji suatu penggunaan bahasa.

Pada iklan yang ditayangkan di televisi pastilah mengandung faktor-faktor yang mampu mempengaruhi penonton sehingga timbul kesepahaman makna. Faktor-faktor yang saling mendekatkan antara pemeran dan penonton tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terhadap berlangsungnya proses komunikasi di dalam tayangan iklan. Dalam makalah ini akan dipaparkan suatu kajian implikatur percakapan yang terjadi di dalam Djarum 76 versi kontes jin.

Dalam iklan Djarum 76 versi kontes jin tersebut sering sekali muncul suatu percakapan yang mengandung maksud-maksud tertentu yang terkadang berbeda dengan apa yang terkandung dalam pertuturan yang muncul. Dalam hal ini pengkajian dari sudut implikatur percakapan dimungkinkan dapat memperjelas proses komunikasi yang terjadi. Oleh karena itu, peneliti akan mengkaji lebih mendalam mengenai implikatur iklan Djarum 76 versi Kontes Jin.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan implikatur ?

2. Bagaimana ciri-ciri implikatur ?

3. Apa saja jenis-jenis Implikatur ?

4. Bagaimana analisis implikatur pada cuplikan iklan Djarum 76 konter jin?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari implikatur.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis implikatur.

3. Untuk mengetahui ciri-ciri implikatur.

4. Untuk mengetahui implikatur yang terdapat pada cuplikan iklan Djarum 76 kontes Jin.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Implikatur

Implikatur merupakan salah satu bagian dalam pragmatik. Berkaitan dengan pengertian, berikut beberapa pengertian tentang implikatur yang dikemukakan oleh ahli-ahli bahasa. 

Menurut Brown dan Yule (1996 : 31) istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh penutur. Pendapat itu bertumpu pada suatu makna yang berbeda dengan makna tuturan secara harfiah.

Hampir sama dengan pendapat Brown dan Yule, tetapi Grice, H.P (Suyono, 1990:14) mencoba mengaitkan suatu konteks yang melingkupi suatu tuturan yang turut memberi makna. Lebih singkat lagi, mengatakan implikatur percakapan sebagai salah satu aspek kajian pragmatik yang perhatian utamanya adalah mempelajari 'maksud suatu ucapan' sesuai dengan konteksnya. Implikatur Percakapan dipakai untuk menerangkan makna implisit dibalik "apa yang diucapkan atau dituliskan" sebagai "sesuatu yang dimplikasikan".

Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa implikatur percakapan adalah suatu bagian dari kajian pragmatik yang lebih mengkhususkan kajian pada suatu makna yang implisit dari suatu percakapan yang berbeda dengan makna harfiah dari suatu percakapan.

Ujaran yang mengandung implikatur menyiratkan sesuatu yang berbeda. Konsep tentang implikatur pertama kali dikenalkan oleh H.P. Grice dalam Oktavianus (2006) untuk memecahkan masalah tentang makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan dengan teori semantik biasa. 

Suatu konsep yang paling penting dalam ilmu pragmatik dan yang menonjolkan pragmatik sebagai suatu cabang ilmu bahasa ialah konsep implikatur percakapan. 

Konsep implikatur ini dipakai untuk menerangkan perbedaan yang sering terdapat antara "apa yang diucapkan" dengan "apa yang diimplikasi". Penggunaan implikatur dalam berbahasa mempunyai pertimbangan seperti untuk memperhalus tuturan, menjaga etika kesopanan, menyindir dengan halus (tak langsung), dan menjaga agar tdak menyinggung perasaan secara langsung.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan implikatur, yaitu

1. Implikatur bukan merupakan bagian dari tuturan,

2. Implikatur bukanlah akibat logis tuturan,

3. Sebuah tuturan memungkinkan memiliki lebih dari satu implikatur, dan itu bergantung pada konteksnya.

Menurut Crystal dalam Oktavianus (2006, 91) Implikatur secara umum dibagi menjadi dua macam yaitu implikatur non konvensional (impikatur percakapan) dan implikatur konvensional (non percakapan). Impikatur percakapan diderifasi berdasarkan maksim percakapan. Sedangkan implikatur non percakapan diderifasi berdasarkan konvensi-konvensi tertentu. Imlikatur non percakapan dimarkahi oleh penanda-penanda tertentu seperti karena itu, oh.., dan lainnya.

2.2 Ciri-ciri Implikatur

Ciri-ciri Implikatur Percakapan menurut Nababan (1987:39) ciri-ciri implikatur percakapan, sebagai berikut :

1. Sesuatu implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu, umpamanya dengan menambahkan klausa yang mengatakan bahwa seseorang tidak mau memakai implikatur percakapan itu, atau memberikan suatu konteks untuk membatalkan implikatur itu.

2. Biasanya tidak ada cara lain untuk mengatakan apa yang dikatakan dan masih mempertahankan implikatur yang bersangkutan.

3. Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih dahulu arti konvensional dari kalimat yang dipakai. Oleh karena itu, isi implikatur percakapan tidak termasuk dalam arti kalimat yang dipakai.

4. Kebenaran isi dari suatu implikatur percakapan bukan tergantung pada kebenaran yang dikatakan. Oleh karena itu, implikatur tidak didasarkan atas apa yang dikatakan, tetapi atas tindakan yang mengatakan hal itu.

Senada dengan pendapat sebelumnya Grice, H.P (Mujiyono, 1996:40) mengemukakan ada 5 ciri-ciri dari implikatur percakapan, yakni:

1. Dalam keadaan tertentu, implikatur percakapan dapat dibatalkan baik dengan cara eksplisit ataupun dengan cara kontektual (cancellable).

2. Ketidakterpisahan implikatur percakapan dengan cara menyatakan sesuatu. Biasanya tidak ada cara lain yang lebih tepat untuk mengatakan sesuatu itu, sehingga orang memakai tuturan bermuatan implikatur untuk menyampaikannya (nondetachable).

3. Implikatur percakapan mempersyaratkan makna konvensional dari kalimat yang dipakai, tetapi isi implikatur tidak masuk dalam makna konvensional kalimat itu (nonconventional).

4. Kebenaran isi implikatur tidak tergantung pada apa yang dikatakan, tetapi dapat diperhitungkan dari bagaimana tindakan mengatakan apa yang dikatakan (calcutable).

5. Implikatur percakapan tidak dapat diberi penjelasan spesifik yang pasti sifatnya (indeterminate).

Dapat disimpulkan bahwa suatu implikatur percakapan memiliki ciri-ciri, yakni : (1) Sesuatu implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu (cancellability), (2) Biasanya tidak ada cara lain untuk mengatakan apa yang dikatakan dan masih mempertahankan implikatur yang bersangkutan (nondetachable), (3) Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih dahulu arti konvensional dari kalimat yang dipakai (nonconventional), dan (4) Kebenaran isi dari suatu implikatur percakapan bukan tergantung pada kebenaran yang dikatakan (calcutable).

2.3 Jenis-jenis Implikatur

Menurut Grice (Mudjiono, 1996 : 32-33) ada tiga jenis implikatur percakapan yakni ; Implikatur konvensional lebih mengacu pada makna kata secara konvensional, makna percakapan ditentukan oleh arti konvensional kata-kata yang digunakan. Implikatur praanggapan, lebih mengacu pada suatu pengetahuan bersama antara penutur dan mitra tutur. Implikatur nonkonvensional, merupakan suatu implikatur yang lebih mendasarkan maknanya pada suatu konteks yang melingkupi suatu percakapan. 

Lebih ringkas lagi, Stephen C. Levinson mengatakan hanya ada dua jenis implikatur percakapan yaitu ; implikatur percakapan umum (implikatur yang yang munculnya di dalam percakapan dan tidak memerlukan konteks khusus) dan implikatur percakapan khusus (suatu implikatur yang kemunculannya memerlukan konteks khusus). Didalam implikatur, hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan maksud tertentu yang tidak dituturkan bersifat tidak mutlak (Rahardi 2003 :85).

Pembahasan tentang implikatur mencakupi pengembangan teori hubungan antara ekspresi, makna, makna penutur, dan implikasi suatu tuturan. Di dalam teorinya itu, ia membedakan tiga jenis implikatur, yaitu implikatur konvensional, implikatur nonkonvensional, dan praanggapan. Selanjutnya implikatur nonkonvensional dikenal dengan nama implikatur percakapan. 

Selain ketiga macam implikatur itu, ia pun membedakan dua macam implikatur percakapan, yaitu implikatur pecakapan khusus dan implikatur percakapan umum (Grice 1975:43-45 dalam Rustono 1999:83), yaitu sebagai berikut :

1. Implikatur konvensional

 Implikatur yang diperolah langsung dari makna kata, bukan dari prinsip percakapan. Tuturan berikut ini mengandung implikatur konvensional. Contoh:

a. Lia orang Tegal, karena itu kalau bicara ceplas-ceplos.

b. Poltak orang Batak, jadi raut mukanya terkesan galak.

Implikasi tuturan (a) adalah bahwa bicara ceplas-ceplos Lia merupakan konsekuensi karena ia orang Tegal. Jika Lia bukan orang Tegal, tentu tuturan itu tidak berimplikasi bahwa bicara ceplas-ceplos Lia karena ia orang Tegal. Implikasi tuturan (b) adalah bahwa raut muka galak Poltak merupakan konsekuensi karena ia orang Batak. Jika Poltak bukan orang Batak, tentu tuturan itu tidak berimplikasi bahwa raut muka galak Poltak karena ia orang Batak.

2. Implikatur nonkonvensional atau implikatur percakapan

Implikasi pragmatik yang tersirat di dalam suatu percakapan. Di dalam komunikasi, tuturan selalu menyajikan suatu fungsi pragmatik dan di dalam tuturan percakapan itulah terimplikasi suatu maksud atau tersirat fungsi pragmatik lain yang dinamakan implikatur percakapan. Berikut ini merupakan contoh tuturan di dalam suatu percakapan yang mengandung suatu implikasi percakapan:

A: "HP mu baru ya? Mengapa tidak membeli N70 aja?"

B : "Ah, harganya terlalu mahal."

Implikatur percakapan tuturan itu adalah bahwa HP yang dibeli A murah sedangkan HP N70 harganya lebih mahal daripada HP yang dibeli A.

Dua dikotomi implikatur percakapan selanjutnya adalah implikatur percakapan umum dan implikasi percakapan khusus. (Grice 1975:45, Levinson 1983:131)

1. Implikatur percakapan khusus adalah implikatur yang kemunculannya memerlukan konteks khusus. Tuturan (1) hanya berimplikasi (2) jika berada di dalam konteks khusus seperti pada percakapan (3) berikut ini.

1. Langit semakin mendung, sebentar lagi hujan datang.

(Ibu belum pulang dari pasar).

2. A: Mengapa Ibu belum pulang?

B: Langit semakin mendung, sebentar lagi hujan datang.

2. Implikatur percakapan umum adalah implikatur yang kehadirannya di dalam percakapan tidak memerlukan konteks khusus. Implikatur (1) sebagai akibat adanya tuturan (2) merupakan implikatur percakapan umum.

1. Saya menemukan uang.

   (Uang itu bukan milik saya)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil Transkrip Video

Peneliti mengambil salah satu video iklan Djarum 76, cuplikan video dengan durasi 45 detik itu mengangkat  tema yang bercerita mengenai sebuah "KONTES SULAP JIN" yang diikuti oleh beberapa perwakilan pesulap dari 3 negara, yakni Jin Mesir, Jin Jepang, dan Jin indonesia dengan tujuan unjuk kebolehan dan seberapa mahir pesulap-pesulap ini memperlihatkan keahlian mereka bermain sulap.

Pesulap mesir menampilan berupa trik sulap menghilangkan piramida mesir. Dengan ujaran "Piramida lenyap,". Kemudian tak mau kalah, pesulap jepang juga melenyapkan gunung fujiyama yang semula ada menjadi raib dengan sebuah ujaran "Fujiyama hilang." 

Tibalah kesempatan untuk Jin Indonesia unjuk gigi, dengan gaya selengekan dan santainya, si pesulap indonesia membawa sebuah kotak yang bertuliskan kasus korupsi dan tentunya kotak tersebut berisi setumpukan berkas-berkas kasus korupsi yang kemudian di sulap menjadi hilang tanpa bekas dengan sekali ujaran  "Kasus Korupsi hilang." Kedua jin lain akhirnya bersujud dan masing-masing berkata "Edan" dan "Ajaib" di samping kardus bertuliskan "Kasus Korupsi"

Sontak penonton kontes jin yang mayoritas berjas dan berseragam safari (melambangkan pejabat dan pegawai pemerintah) yang ada di ruangan tersebut bersorak sorai dan saling bersalam-salaman meluapkan kegembiraan. Apabila kita jeli melihat, tampak ada parodi dari sosok Gayus Tambunan di front row bangku penonton kontes tersebut. Ia pun tampak gembira sembari berjabat tangan dan diberi ucapan selamat oleh rekan-rekannya. Kedua jin yang lain kemudian bersujud-sujud mengaku kalah. Kemudian jin Jawa tersebut dinyatakan sebagai pemenang karena keberhasilannya menghilangkan berkas-berkas kasus korupsi.

Pada detik terakhir video, muncul lingkaran 76 di tengah dan diapit oleh tulisan "Djarum" pada bagian atas, dan tak lupa tagline dari Djarum yang menjadi ciri khasnya "Yang penting hepii."

3.2 Analisis Implikatur terhadap transkrip video

Dari sepenggal cuklipan percakapan iklan Djarum 76 versi kontes jin mengandung implikatur bahwa iklan ini menyindir para pelaku korupsi yang saat ini marak dilakukan oleh pegawai instansi pemerintahan. Uang pelicin dalam sebuah proses birokrasi dianggap lumrah, dan kasus korupsi yang jelas-jelas merugikan rakyatpun dilakukan tanpa rasa bersalah dan rasa malu. Korupsi telah menjadi budaya yang mendarah daging, dan lolos dari jeratan hukum akibat korupsi dianggap sebagai prestasi. Sehingga tidak mengherankan apabila pembuat iklan ini mengambil sosok para pejabat dan pegawai pemerintahan sebagai ikon untuk melambangkan para pelaku korupsi yang terjadi di negeri ini.

Bila dikaji berdasarkan pengetahuan implikatur yang dihilangkan oleh jin dari Indonesia tersebut bukanlah perkara kasus korupsi yang sebenarnya, tapi yang ia hilangkan adalah berkas-berkas bukti dari kasus korupsi yang telah dilakukan oleh para penonton kontes tersebut, sehingga yang mereka rayakan sebenarnya adalah terbebasnya mereka dari dakwaan kasus korupsi.

Di tengah maraknya iklan-iklan yang saling menjatuhkan pasar kompetitor masing-masing, ataupun iklan-iklan yang hanya sekedar lewat tanpa menyampaikan pesan yang berarti, iklan Djarum 76 ini muncul dan memberi angin segar. Iklan ini dapat menyampaikan pesan moral dan sindiran dengan gaya yang unik dan mengundang tawa.

Nilai plus dari iklan Djarum 76 ini adalah aktualitas, kelucuan dan keberaniannya dalam mengusung tema yang bernada menyindir perilaku korupsi dan menyentil kuping para koruptor yang memang sudah bebal saking sudah tidak merasa salah sama sekali dengan tindakan mereka. 

Korupsi yang teramat sangat sulit untuk dibersihkan dari kebiasaan aparat dan masyarakat kita kebanyakan. Para penegak hukum yang juga sebagian korup, turut mempersulit penegakan hukum dalam membasmi korupsi ini. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi di Indonesia, seolah-olah berjalan sendiri tanpa didukung lembaga-lembaga berwenang lain. Banyak pihak yang ternyata tidak senang dengan sepak terjang KPK.

Iklan ini seakan-akan menunjukkan bahwa korupsi di Indonesia benar-benar sudah menjadi penyakit kronis, yang sangat sulit disembuhkan. Kebiasaan yang sudah membudaya, sudah mendarah daging. Sampai-sampai jin pun mendukung perilaku korupsi tersebut, dengan menghilangkan berkas-berkas kasus korupsi yang tengah diproses secara hukum oleh aparat berwenang.

Faktanya tidak jauh dari itu. Kasus korupsi yang sudah ditangani secara hukum, banyak yang berujung dengan keputusan pembebasan para tersangka di pengadilan. Banyak kasus korupsi yang menguap begitu saja, atau dipetieskan. Jika ada satu anggota sebuah institusi menjadi tersangka kasus korupsi, teman-temannya malah melindunginya, sehingga akhirnya lolos dari jeratan hukum. Kalaupun ada pelaku korupsi yang sampai dihukum penjara, hukumannya terlalu ringan. Tidak sebanding dengan kerugian negara, dan kemiskinan masyarakat Indonesia yang ditimbulkannnya.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Implikatur mengungkap makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh yang tersurat (esksplikatur). Implikatur ada untuk menjelaskan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik.

Implikatur dapat memberikan penjelasan fungsional atas fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori linguistik (struktural). Implikatur memberikan penjelasan eksplisit adanya perbedaan antara apa yang diucapkan secara lahiriah dengan apa yang dimaksudkan oleh suatu ujaran dan pemakai bahasa pun memahaminya. Implikatur dapat menerangkan berbagai macam gejala kebahasaan yang secara lahiriah tampak tidak berkaitan atau bahkan berlawanan, tetapi ternyata berhubungan.

Berdasarkan percakapan iklan Djarum 76 versi Kontes Jin dapat diambil simpulan bahwa implikatur yang terkandung dalam iklan tersebut adalah kasus korupsi di Indonesia. Hal ini jelas terungkap pada percakapan Jin Indonesia yang mengatakan bahwa Kasus Korupsi hilang. Berarti berbagai kasus korupsi di Indonesia secara lambat laun menghilang tidak dapat diketahui ujung permasalahannya.

Mengacu pada reportoar masyarakat Indonesia yang sama, maka dapat dijelaskan bahwa implikatur iklan Djarum 76 versi kontes jin adalah kasus korupsi di Indonesia tidak memiliki kejelasan secara pasti sehingga masyarakat mulai kesal dengan proses hukum yang berlaku. Disisi lain, pejabat-pejabat bersorak tertawa dengan riang gembira mereka dapat menikmati dengan bebas hasil korupsinya. Dengan demikian, perlunya penegakan hukum yang kuat sehingga peradilan di Indonesia dapat tegak dan dihormati masyarakat Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

 

Brown, Gillian dan George Yule.1996. Analisis Wacana (edisi terjemahan oleh I. Soetikno). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dewa Putu Wijana, I. 1996. Dasar--Dasar Pragmatik. Yogyakarta : Andi Yogyakarta

Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta:  Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma.

SetiawanEko. http://nurhadyekosetiawan.blogspot.com

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun