Mohon tunggu...
Inovasi

Ada Apa dengan Iklan Djarum 76 "Kontes Jin" ?

19 Juli 2018   16:39 Diperbarui: 19 Juli 2018   17:04 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sontak penonton kontes jin yang mayoritas berjas dan berseragam safari (melambangkan pejabat dan pegawai pemerintah) yang ada di ruangan tersebut bersorak sorai dan saling bersalam-salaman meluapkan kegembiraan. Apabila kita jeli melihat, tampak ada parodi dari sosok Gayus Tambunan di front row bangku penonton kontes tersebut. Ia pun tampak gembira sembari berjabat tangan dan diberi ucapan selamat oleh rekan-rekannya. Kedua jin yang lain kemudian bersujud-sujud mengaku kalah. Kemudian jin Jawa tersebut dinyatakan sebagai pemenang karena keberhasilannya menghilangkan berkas-berkas kasus korupsi.

Pada detik terakhir video, muncul lingkaran 76 di tengah dan diapit oleh tulisan "Djarum" pada bagian atas, dan tak lupa tagline dari Djarum yang menjadi ciri khasnya "Yang penting hepii."

3.2 Analisis Implikatur terhadap transkrip video

Dari sepenggal cuklipan percakapan iklan Djarum 76 versi kontes jin mengandung implikatur bahwa iklan ini menyindir para pelaku korupsi yang saat ini marak dilakukan oleh pegawai instansi pemerintahan. Uang pelicin dalam sebuah proses birokrasi dianggap lumrah, dan kasus korupsi yang jelas-jelas merugikan rakyatpun dilakukan tanpa rasa bersalah dan rasa malu. Korupsi telah menjadi budaya yang mendarah daging, dan lolos dari jeratan hukum akibat korupsi dianggap sebagai prestasi. Sehingga tidak mengherankan apabila pembuat iklan ini mengambil sosok para pejabat dan pegawai pemerintahan sebagai ikon untuk melambangkan para pelaku korupsi yang terjadi di negeri ini.

Bila dikaji berdasarkan pengetahuan implikatur yang dihilangkan oleh jin dari Indonesia tersebut bukanlah perkara kasus korupsi yang sebenarnya, tapi yang ia hilangkan adalah berkas-berkas bukti dari kasus korupsi yang telah dilakukan oleh para penonton kontes tersebut, sehingga yang mereka rayakan sebenarnya adalah terbebasnya mereka dari dakwaan kasus korupsi.

Di tengah maraknya iklan-iklan yang saling menjatuhkan pasar kompetitor masing-masing, ataupun iklan-iklan yang hanya sekedar lewat tanpa menyampaikan pesan yang berarti, iklan Djarum 76 ini muncul dan memberi angin segar. Iklan ini dapat menyampaikan pesan moral dan sindiran dengan gaya yang unik dan mengundang tawa.

Nilai plus dari iklan Djarum 76 ini adalah aktualitas, kelucuan dan keberaniannya dalam mengusung tema yang bernada menyindir perilaku korupsi dan menyentil kuping para koruptor yang memang sudah bebal saking sudah tidak merasa salah sama sekali dengan tindakan mereka. 

Korupsi yang teramat sangat sulit untuk dibersihkan dari kebiasaan aparat dan masyarakat kita kebanyakan. Para penegak hukum yang juga sebagian korup, turut mempersulit penegakan hukum dalam membasmi korupsi ini. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi di Indonesia, seolah-olah berjalan sendiri tanpa didukung lembaga-lembaga berwenang lain. Banyak pihak yang ternyata tidak senang dengan sepak terjang KPK.

Iklan ini seakan-akan menunjukkan bahwa korupsi di Indonesia benar-benar sudah menjadi penyakit kronis, yang sangat sulit disembuhkan. Kebiasaan yang sudah membudaya, sudah mendarah daging. Sampai-sampai jin pun mendukung perilaku korupsi tersebut, dengan menghilangkan berkas-berkas kasus korupsi yang tengah diproses secara hukum oleh aparat berwenang.

Faktanya tidak jauh dari itu. Kasus korupsi yang sudah ditangani secara hukum, banyak yang berujung dengan keputusan pembebasan para tersangka di pengadilan. Banyak kasus korupsi yang menguap begitu saja, atau dipetieskan. Jika ada satu anggota sebuah institusi menjadi tersangka kasus korupsi, teman-temannya malah melindunginya, sehingga akhirnya lolos dari jeratan hukum. Kalaupun ada pelaku korupsi yang sampai dihukum penjara, hukumannya terlalu ringan. Tidak sebanding dengan kerugian negara, dan kemiskinan masyarakat Indonesia yang ditimbulkannnya.

BAB IV

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun