Mohon tunggu...
Fitriyah Fitriyah
Fitriyah Fitriyah Mohon Tunggu... -

still learning :D

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pena-pena di Ujung Jemariku

12 Juni 2011   15:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:35 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesungguhnya aku sangat tersinggung saat Ayah mengejek jam Hello Kitty-ku, tapi aku tidak pernah menampakkannya. Ayah tidak hanya mengejek jam dindingku, Ayah mengejek karyaku...

...

Kami mengikuti kegiatan rutin yang wajib diikuti setiap hari Kamis, kerjabakti. Apalagi Ujian Akhir Semester Satu kurang seminggu lagi. Agar ujian berjalan lancar, kelas dan lingkungan sekolah dibersihkan dan dirapikan.

Aku, Fahrani, dan beberapa teman putri lainnya mendapat tugas untuk membersihkan kaca-kaca jendela. Kami menggunakan koran dan tabloid untuk membuat kaca jadi bersih cemerlang. Caranya, bersihkan jendela dan kaca dari debu dengan kemoceng, lalu semprot kaca dengan cairan pembersih kaca, terakhir gosok dan lap kaca dengan kertas koran atau tabloid kering yang sudah tidak terpakai.

Kami telah menyiapkan koran bekas yang kami minta dari perpustakaan. Beberapa teman juga membawa koran dan tabloid yang sudah selesai dibaca.

Aku membuka-buka sebuah tabloid yang dibawa oleh Fahrani. Aku tertarik untuk membacanya sekilas sebelum nanti akan berubah menjadi alat bersih-bersih kami. Wah, ternyata edisi minggu ini! Rupanya keluarga Fahrani rajin berlangganan koran dan tabloid.

Lembar demi lembar kubuka dan kubaca sekilas. Salah satu halaman membuatku sangat tertarik. Kurobek segera halaman itu lantas kumasukkan ke dalam tasku, mengingat tabloid itu nantinya juga akan dibagi-bagi. Satu lembar tabloid yang tidak kusangka akan membuat Ayah marah besar kepadaku...

...

Sepulang sekolah, aku mengambil sobekan halaman tabloid dari dalam tas-ku. Sambil menyandarkan badan ke kursi belajar, aku membaca apa yang tertulis dalam lembaran. Pengumuman Lomba Cerita Pendek Remaja. “Wow, lomba ini akan diikuti oleh banyak penulis di seantero Indonesia!” batinku bersemangat.

Temanya sangat menarik hatiku: Persembahan Terbaikku Buat Indonesia. Aku pun berpikir. Imajinasiku mencoba mengurai tema menjadi ide-ide yang nantinya akan kurangkai menjadi sekumpulan kata yang tidak hanya menarik tapi juga sarat makna. Bukan hadiah yang menjadi daya penarikku waktu itu, melainkan aku ingin membuktikan eksistensiku dalam dunia tulis-menulis. Nasihat Ayah beberapa minggu lalu terlupakan, digantikan oleh kesibukan menggerakkan pena-pena di ujung jemari yang bersinergi dengan akal dan hatiku.

Sore ini lumayan, meski hanya berhasil menyusun kerangka karangan. Kubuka-buka kembali kumpulan cerpenku sejak Sekolah Dasar dulu. Kucoba untuk mencari satu karya terbaik yang paling pas dengan tema cerpen yang disebutkan. Namun, idealisme seolah menantangku untuk menulis cerpen baru dengan gagasan yang baru saja kurangkai. Kuputuskan untuk tidak menggunakan karya lamaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun