Nah pas deh, dengan keadaan Ferdinand. Dan kita juga gak perlu tau, KEPO apa yang menyebabkan dirinya galau. Yang pasti karena Galau itulah, ia sedikit gegabah dalam ngetweet sesuatu yang memang masih abu-abu. Tapi oleh polisi  yang saya yakin profesional, lagi-lagi sudah memiliki alat bukti yang kuat. Masalah nanti  jadi perdebatan dalam pra peradilan maupun peradilan nantinya itu urusan lain. Masih ada kesempatan Ferdinand menghadirkan saksi atau saksi ahli yang meringankan termasuk tim pembela/penasehat hukumnya yang profesional.
Terkait masalah ini  saya mendapat beberapa pemahaman simple yang dimuat di helpguide-org. Padahal kalau mau dipikir, hal seperti ini sudah sering saya dan teman-teman sampaikan baik kepada remaja maupun orang tua serta organisasi dalam kegiatan sosialisasi tentang penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam banyak kegiatan di Indonesia minimal sejak 2011 hingga 2015.
Dan tentu saja, sampai sekarang kami masih menerima laporan dan konsultasi terkait beberapa hal tentang masalah yang dialami seseorang kita memanfaatkan media sosial. Semua kami dokumentasikan dan dijaga privasi mereka, dan sudah barang tentu menjadi tanggung jawab kami untuk menindaklanjuti jika dianggap sangat penting namun semuanya tergantung keputusan sang pelapor.
Jadi rasanya ndak masalah, toh apa yang di muat oleh situs ini, materinya kurang lebih sebagian besar merupakan inti sari dari materi sosialisasi yang kami miliki. Oleh karena itu, saya akan merangkumnya dan disesuaikan dengan pemahaman kami sebagai aktivis selama ini.
Berangkat dari kasus Ferdinand, Â selaian ingin membahas focus saya, memang saya sedikit perluas dalam pembahasan tentang media sosial dan kesehatan metal.
**
Pada dasarmya manusia adalah makhluk sosial. Kita gak mampu hidup sendiri, kita membutuhkan orang lain, entah itu pertemanan, bersahabat atau teman ngobrol dalam hubungan internal keluarga. Dengan begitu segala sesuatu, jika dikelola dengan baik dapat berdampak positif dalam berkembang hidup kita. Â Selain itu haruslah kita sadar bahwa kekuatan koneksi kita memiliki dampak besar pada kesehatan mental dan kebahagiaan kita.
Terhubung secara sosial dengan orang lain dapat meredakan stres, kecemasan, dan depresi, meningkatkan harga diri, memberikan kenyamanan dan kegembiraan, mencegah kesepian, dan bahkan menambah tahun hidup Anda. Di sisi lain, kurangnya koneksi sosial yang kuat dapat menimbulkan risiko serius bagi kesehatan mental dan emosional seseorang.
Di dunia sekarang ini, banyak dari kita yang mengandalkan platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Snapchat, YouTube, dan Instagram termasuk blogging untuk menyuarakan pendapat dan isi hati kita serta menemukan atau terhubung dengan orang lain satu sama lain.
Meskipun masing-masing memiliki manfaatnya, penting untuk diingat bahwa media sosial gak akan pernah bisa menjadi pengganti hubungan manusia di dunia nyata. Dibutuhkan kontak langsung dengan orang lain untuk memicu hormon yang mengurangi stres dan membuat Anda merasa lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih positif.
Ironisnya, untuk teknologi yang dirancang untuk mendekatkan orang, menghabiskan terlalu banyak waktu penggunanya untuk berinteraksi dengan media sosial justru dapat membuat dirinya merasa lebih kesepian dan terisolasi---dan memperburuk masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi .